
D'moneyTalk, JAKARTA - Epilepsi seringkali disalahpahami dan dikelilingi oleh banyak mitos. Banyak yang mengira ini adalah penyakit menular atau bahkan gangguan jiwa.
Padahal, epilepsi adalah kondisi neurologis yang cukup umum, terkait dengan aktivitas listrik di dalam otak, dan sama sekali tidak menular.
Memahami apa itu epilepsi, apa saja gejalanya, dan bagaimana cara mengurangi risikonya adalah langkah penting untuk menghilangkan stigma dan memberikan pertolongan yang tepat.
Epilepsi adalah kondisi kronis di mana sel-sel saraf otak secara berulang menghasilkan lonjakan listrik abnormal, yang kemudian memicu kejang.
Kejang adalah manifestasi klinis dari lonjakan listrik tersebut yang bisa terlihat sebagai kontraksi tubuh, hilangnya kesadaran, sensasi aneh, atau kombinasi dari berbagai gejala.
Diagnosis epilepsi biasanya ditegakkan jika seseorang mengalami dua atau lebih kejang tanpa penyebab yang jelas atau pemicu sementara.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa sekitar 50 juta orang di dunia hidup dengan epilepsy. Sekitar 70% penderita epilepsi bisa dikendalikan dengan diagnosis dan pengobatan yang tepat.
Penyebab Epilepsi
Penyebab epilepsi bisa sangat beragam, dan seringkali sulit untuk ditentukan. Namun, beberapa faktor yang diketahui dapat memicunya antara lain:
- Faktor Genetik: Riwayat epilepsi dalam keluarga dapat meningkatkan risiko.
- Cedera Kepala Berat: Kecelakaan lalu lintas atau cedera lain yang menyebabkan trauma pada otak.
- Masalah Pembuluh Darah Otak: Stroke adalah penyebab utama epilepsi pada orang dewasa di atas 35 tahun.
- Infeksi Otak: Meningitis atau ensefalitis dapat meninggalkan "bekas luka" di otak yang memicu kejang.
- Tumor Otak: Pertumbuhan tumor dapat mengganggu aktivitas normal sel-sel otak.
- Masalah Perkembangan: Kondisi seperti autisme atau gangguan perkembangan lainnya terkadang terkait dengan epilepsi.
- Cedera Sebelum Lahir: Kekurangan oksigen, infeksi, atau gizi buruk pada ibu selama kehamilan.
Apa Saja Gejala Epilepsi
Gejala kejang bisa sangat bervariasi tergantung jenis dan bagian otak yang terkena. Berikut beberapa gejala umum dan yang mungkin terjadi:
- Kehilangan kesadaran atau bingung sesaat
- Gerakan otot tak terkendali: kejang, kaku, menggeliat
- Produksi air liur berlebihan atau busa di mulut
- Gigi menggigit lidah
- Gerakan mata cepat atau tak terkendali
- Perasaan aneh sebelum kejang (aura): misalnya rasa takut mendadak, pusing, suara atau cahaya aneh
- Perubahan sensasi atau persepsi: kesemutan, bau aneh, kilatan cahaya
- Bunyi tak biasa seperti teriak, mendengus
- Hilangnya kendali kandung kemih atau usus dalam kejang berat
- Setelah kejang: kebingungan, kelelahan, sakit kepala atau nyeri otot
Cara Mencegah & Mengelola Epilepsi
Meskipun tidak semua kasus epilepsi dapat dicegah, ada langkah-langkah yang bisa membantu mengurangi risiko kejang atau episode kambuhan:
1. Patuhi pengobatan antikejang Mengonsumsi obat antiepilepsi secara teratur sesuai anjuran dokter adalah fondasi pengendalian kejang.
2. Kelola pemicu (trigger) kejang Misalnya jaga jam tidur yang teratur, hindari stres berlebihan, batasi alkohol, dan hindari paparan cahaya berkedip jika Anda sensitif.
3. Diet khusus atau pola makan Beberapa orang merespons baik terhadap diet ketogenik atau diet tinggi lemak sehat & protein sebagai bagian dari manajemen kejang.
4. Pemeriksaan & pengawasan medis teratur Pemeriksaan EEG, MRI, dan pemantauan kondisi otak bisa membantu dokter menyesuaikan terapi.
5. Gaya hidup sehat * Tidur cukup dan kualitas tidur baik • Hindari konsumsi alkohol dalam jumlah besar • Kendalikan stres (misalnya melalui meditasi, olahraga ringan) • Jaga kesehatan umum seperti kontrol tekanan darah, gula darah, serta menghindari cedera kepala
6. Pertimbangkan intervensi khusus jika diperlukan Pada kasus epilepsi yang sulit dikendalikan, dokter mungkin merekomendasikan operasi otak, stimulasi saraf (seperti vagus nerve stimulation), atau metode lain.
7. Edukasi & cadangan keselamatan Pahami pertolongan kejang (misalnya jangan memasukkan benda ke mulut penderitanya, posisikan agar aman) dan memiliki rencana jika kejang berkepanjangan (>5 menit) yang bisa menjadi kondisi darurat (status epileptikus)
Cara Membantu Saat Seseorang Mengalami Kejang
- Mengetahui pertolongan pertama yang benar bisa sangat membantu dan bahkan menyelamatkan nyawa.
- Tetap tenang dan jangan panik.
- Jauhkan orang tersebut dari benda-benda berbahaya di sekitarnya.
- Longgarkan pakaian yang ketat di sekitar lehernya.
- Setelah kejang berhenti, miringkan tubuhnya dengan lembut untuk membantu pernapasan.
- Temani orang tersebut sampai ia benar-benar sadar.
Yang Tidak Boleh Dilakukan:
- Jangan menahan gerakan tubuhnya dengan paksa.
- Jangan sekali-kali memasukkan benda apapun ke dalam mulutnya. Ini adalah mitos berbahaya yang bisa menyebabkan cedera gigi atau rahang.
- Jangan mencoba memberinya minum atau makan sampai ia sadar sepenuhnya.