Senin, 06 Oktober 2025

9 Bahaya Kesehatan Diet Karnivora

9 Bahaya Kesehatan Diet Karnivora

DIET karnivoramenekankan penggunaan hanya produk hewani dan hampir menghilangkan semua sumber tumbuhan. Meskipun beberapa orang merasakan manfaat seperti penurunan berat badan atau peningkatan energi, pola makan ini juga memiliki risiko kesehatan yang harus diperhatikan. Memahami dampaknya penting sebelum memutuskan untuk menerapkan diet karnivora agar kesehatan tetap terjaga.

Dilansir dari British Health Foundation, Harvard Health Publishing, dan Cleveland Clinic, berikut beberapa bahaya kesehatandiet karnivora:

1. Peningkatan kadar kolesterol dan tekanan darah

Konsumsi lemak jenuh yang tinggi dari daging merah dan produk hewani dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol buruk (non-HDL). Daging olahan yang mengandung banyak garam juga berisiko meningkatkan tekanan darah, dengan keduanya berkontribusi pada risiko penyakit jantung, serangan jantung, dan stroke.

2. Beban pada Ginjal

Konsumsi daging berlebihan mengakibatkan asupan protein yang sangat tinggi. Pola makan dengan kadar protein yang tinggi dapat memberatkan fungsi ginjal karena organ ini harus bekerja lebih keras untuk menangani limbah hasil metabolisme protein. Kondisi ini berpotensi mengurangi kemampuan ginjal jika terjadi secara terus-menerus dalam jangka waktu lama.

3. Kekurangan Nutrisi Penting

Diet berbasis daging hampir tidak mengandung buah, sayuran, atau serat. Kekurangan serat bisa memengaruhi sistem pencernaan, menyebabkan sembelit, dan meningkatkan kadar kolesterol jahat, serta berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan gangguan pada pembuluh darah.

4. Bahaya Gangguan Kesehatan Jangka Panjang

Diit karnivora bisa meningkatkan risiko terkena batu ginjal, asam urat, dan osteoporosis karena konsumsi protein yang sangat tinggi. Beban protein berlebihan juga dapat mengurangi kemampuan fungsi ginjal seiring berjalannya waktu.

5. Kandungan karbohidrat yang sangat rendah

Sebagai pola makan yang sangat ketogenik, diet karnivora hampir tidak mengandung karbohidrat sama sekali. Hal ini berbeda dengan diet keto biasa yang menargetkan 70–75 persen kalori berasal dari lemak, 20 persen dari protein, dan maksimal 10 persen dari karbohidrat. Pada diet karnivora, kadar lemak tidak ditentukan secara pasti dan tergantung pada jenis serta jumlah daging, ikan, unggas, serta produk susu yang dikonsumsi.

6. Risiko Penyakit Jantung

Diet karnivora yang kaya akan lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol buruk (LDL), yang berdampak pada peningkatan risiko penyakit jantung. American Heart Association menyarankan untuk membatasi penggunaan daging merah agar menjaga kesehatan jantung. Kandungan lemak jenuh yang tinggi juga bisa menyebabkan peradangan di pembuluh darah dan memperparah kondisi kesehatan jantung. Konsumsi daging merah secara berlebihan dapat mempercepat pembentukan plak di arteri, serta meningkatkan kemungkinan serangan jantung atau stroke.

7. Risiko Kanker

Konsumsi daging merah dalam jumlah besar dikaitkan dengan peningkatan kemungkinan terkena kanker kolorektal, termasuk kanker usus besar dan rektum, serta beberapa jenis kanker lainnya. Proses pengolahan daging seperti pengasapan atau pengawetan bisa menambahkan senyawa yang bersifat karsinogenik. Pola makan rendah serat, seperti pada diet karnivora, juga dapat meningkatkan risiko kanker usus karena proses pencernaan menjadi lebih lambat dan racun menumpuk lebih lama di saluran pencernaan.

8. Masalah Pencernaan

Daging memerlukan waktu lebih lama untuk dicerna, dan kurangnya serat dalam pola makan karnivora dapat menyebabkan sembelit serta masalah pencernaan lainnya. Kekurangan serat juga bisa mengganggu keseimbangan bakteri baik di dalam usus, yang berdampak pada keseluruhan sistem pencernaan. Masalah ini dapat menyebabkan perut kembung, nyeri, serta ketidaknyamanan sehari-hari jika pola makan ini dilakukan dalam jangka panjang.

9. Kram Otot

Kekurangan nutrisiPentingnya dalam diet karnivora bisa menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit yang memicu kram otot, pusing, kelelahan, dan rasa lemah secara keseluruhan. Selain itu, kurangnya vitamin dan mineral dari sayuran serta buah-buahan dapat memperparah kondisi tersebut. Ketidakseimbangan elektrolit juga berdampak pada fungsi jantung dan meningkatkan risiko kelelahan jangka panjang serta penurunan kemampuan fisik.

Sabtu, 27 September 2025

Hati-Hati! Beredar Gula Merah Campuran Bahan Kimia, Dokter Warning Risiko Serius Hingga Kanker

Hati-Hati! Beredar Gula Merah Campuran Bahan Kimia, Dokter Warning Risiko Serius Hingga Kanker
Hati-Hati! Beredar Gula Merah Campuran Bahan Kimia, Dokter Warning Risiko Serius Hingga Kanker Priangan Insider — Lagi-lagi, isu soal makanan sehari-hari bikin masyarakat was-was. Kali ini kabar beredar bahwa ada gula merah yang ternyata dicampur bahan kimia berbahaya.

Padahal, gula merah dikenal sebagai pemanis alami yang sering dipakai buat masakan tradisional, minuman herbal, sampai camilan.

Tapi kalau sudah ada campuran zat kimia berbahaya, dampaknya bisa serius banget buat kesehatan.

Fenomena ini langsung bikin heboh di masyarakat, apalagi gula merah jadi kebutuhan pokok di banyak dapur rumah.

Tim medis pun angkat suara, mengingatkan publik buat lebih hati-hati dalam memilih bahan makanan, terutama yang berhubungan langsung dengan tubuh dalam jangka panjang.

Dari Manis Jadi Berbahaya

Biasanya gula merah dibuat dari nira kelapa atau aren yang dimasak hingga mengental dan dicetak.

Prosesnya alami dan relatif aman. Tapi, ada oknum nakal yang nyampurin bahan kimia seperti pewarna sintetis, pemanis buatan berbahaya, bahkan pengawet industri supaya tampilan gula merah lebih menarik dan tahan lama.

Masalahnya, gula merah “palsu” ini kadang susah dibedakan dengan yang asli. Dari segi warna dan bentuk, kelihatannya sama saja.

Bedanya baru terasa ketika dikonsumsi dalam jangka panjang: bisa bikin tubuh pelan-pelan rusak dari dalam.

Dokter Ingatkan Dampak Serius

Dokter spesialis gizi, dr. Laila Putri, mengungkapkan bahwa penggunaan bahan kimia berbahaya dalam makanan tradisional seperti gula merah bisa memicu masalah kesehatan yang serius.

“Kalau dikonsumsi terus-menerus, bahan kimia tertentu bisa merusak fungsi hati, ginjal, bahkan meningkatkan risiko kanker. Ini bukan sekadar isu kecil, tapi ancaman nyata bagi masyarakat,” tegasnya.

Beliau juga bilang, masyarakat sering kali tergoda dengan harga murah atau tampilan gula merah yang terlihat lebih “cerah” dan menarik, padahal justru itu yang harus dicurigai.

Cara Bedain Gula Merah Asli dan Palsu

Biar nggak gampang ketipu, ada beberapa tips sederhana yang bisa dipakai masyarakat buat ngecek kualitas gula merah:

  1. Lihat warna: gula merah asli warnanya cenderung cokelat alami, bukan merah menyala atau terlalu mengkilap.
  2. Tes rasa: gula merah asli punya manis legit khas nira, sementara yang palsu bisa terasa getir atau terlalu manis kayak gula buatan.
  3. Cium aroma: gula merah asli biasanya punya wangi khas, sedangkan yang dicampur kimia kadang malah nggak berbau.
  4. Tes larut: coba larutkan di air. Gula merah asli larut lebih cepat dan rata, sedangkan yang palsu bisa meninggalkan endapan aneh.

Jangan Anggap Remeh

Kasus ini bukan yang pertama kali. Sebelumnya, juga pernah ada laporan soal makanan tradisional lain yang dicampur bahan berbahaya, mulai dari bakso berformalin, jajanan berboraks, sampai minuman berpewarna tekstil.

Semua itu punya dampak jangka panjang yang nggak kelihatan sekarang, tapi bisa berakibat fatal di masa depan.

Masyarakat diminta lebih kritis dan peduli sama bahan makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Ingat, apa yang masuk ke tubuh bakal jadi investasi kesehatan kita di masa depan.

Pemerintah Diminta Tegas

Aktivis konsumen menilai pemerintah harus turun tangan lebih serius buat ngasih pengawasan dan sanksi keras pada produsen nakal.

Kalau dibiarkan, bukan cuma kesehatan masyarakat yang terancam, tapi juga kepercayaan terhadap produk lokal bisa runtuh.

“Gula merah itu warisan kuliner Nusantara. Jangan sampai rusak gara-gara ulah oknum yang cari untung cepat,” ujar salah satu pemerhati pangan sehat di Jakarta.

Kasus beredarnya gula merah campuran bahan kimia ini jadi wake-up call buat semua pihak.

Dari masyarakat yang harus lebih teliti, dokter yang terus kasih edukasi, sampai pemerintah yang wajib memperketat pengawasan.

Jadi, next time belanja gula merah di pasar atau toko, jangan cuma lihat harga atau tampilannya aja.

Ingat, lebih baik sedikit lebih mahal tapi aman, daripada murah tapi bahaya. Karena kalau kesehatan udah rusak, harganya bisa jauh lebih mahal daripada sekadar sebatang gula merah. (***)