
D'moneyTalk— Larry Ellison, pendiri Oracle dan salah satu tokoh paling berpengaruh di Silicon Valley, tengah memasuki babak baru yang bisa mengubah dirinya menjadi raja media abad ke-21.
Pada usia 81 tahun, miliarder basis data ini semakin dekat untuk menguasai portofolio media raksasa yang mencakup CBS, Paramount, CNN, hingga sebagian kepemilikan aplikasi video pendek TikTok.
Meski selama ini dikenal dengan gaya hidup glamor, mulai dari balap kapal layar hingga duel pesawat tempur bersama putranya di atas Samudra Pasifik, kini Ellison justru mengejutkan dunia bisnis dengan langkah ambisius memasuki industri media.
Jika berhasil, dia berpotensi menjadi magnat media dengan kekuatan yang bahkan bisa melampaui para pendahulunya, seperti William Randolph Hearst maupun Joseph Pulitzer.
Dilansir dari The New York Times, Rabu (24/9/2025), Oracle—perusahaan yang dia dirikan sejak 1977—menjadi salah satu investor utama dalam versi Amerika dari TikTok yang memiliki 170 juta pengguna di Amerika Serikat. Ellison sendiri menguasai lebih dari 40 persen saham Oracle dan masih menjabat sebagai Chief Technology Officer.
Kendati detail kepemilikan belum sepenuhnya jelas, satu hal yang pasti, pengendali baru TikTok akan berorientasi pada kepentingan politik Presiden Donald Trump. Dalam sebuah wawancara di Fox News, Trump bahkan menyebut keluarga Murdoch, pemilik Fox News, “kemungkinan besar” ikut menjadi investor.
TikTok bukan satu-satunya aset media keluarga Ellison. David Ellison, putra Larry, baru-baru ini menandatangani kesepakatan senilai 8 miliar dolar AS atau sekitar Rp133 triliun (kurs Rp16.650) untuk menguasai Paramount dan CBS. Dia juga dikabarkan menyiapkan tawaran besar untuk Warner Bros Discovery, yang mencakup CNN.
Michael Socolow, sejarawan media dari University of Maine, menilai langkah ini sebagai fase baru dalam konsolidasi media. “Semuanya sedang terkonsolidasi. Kesempatan untuk membentuk garis editorial di TikTok, CBS News, dan CNN—itu adalah dunia baru,” ujarnya.
Secara finansial, Ellison berada di posisi yang sangat kuat. Nilai saham Oracle yang dimilikinya sempat melonjak hingga 100 miliar dolar AS (sekitar Rp1.665 triliun) dalam satu hari, menjadikannya orang terkaya di dunia untuk waktu singkat. Bloomberg Billionaires Index mencatat kekayaannya kini mencapai 367 miliar dolar AS atau sekitar Rp6.109 triliun.
Perjalanan panjang Ellison dimulai dari mendirikan Oracle di akhir 1970-an. Dia dikenal bukan sebagai sosok jenius teknis, melainkan pebisnis ulung yang mampu membawa perusahaannya bertahan dari krisis demi krisis. Dalam sebuah wawancara pada 2012, Ellison menuturkan bagaimana dirinya kerap disalahpahami publik.
“Sering kali, orang berkata setelah bertemu saya, ‘Anda ternyata tidak seperti yang saya bayangkan.’ Ekspektasi itu biasanya sangat rendah, seolah-olah saya datang ke rapat dengan perilaku yang menakutkan. Tentu saja tidak seperti itu,” ujarnya.
Meski sebelumnya tidak menunjukkan minat besar terhadap media, kini Ellison tampak serius membangun dinasti baru. Putranya bahkan tengah bernegosiasi untuk mengakuisisi media digital The Free Press yang dipimpin Bari Weiss, mantan editor The New York Times. Jika rencana ini berhasil, Ellison dapat mengendalikan ekosistem informasi yang luas, dari hiburan, berita arus utama, hingga platform digital generasi muda.
Dengan ambisi yang semakin besar, langkah Larry Ellison menjadi simbol pergeseran kekuatan media global. Dari raksasa teknologi basis data, dia kini bertransformasi menjadi sosok yang berpotensi mengendalikan narasi di berbagai platform sekaligus—sebuah langkah yang menandai era baru pengaruh politik, bisnis, dan budaya. (*)
0 Please Share a Your Opinion.: