Sabtu, 11 Oktober 2025

Kacab Bank BUMN Sempat Komunikasi dengan Kakaknya Sebelum Diculik

Kacab Bank BUMN Sempat Komunikasi dengan Kakaknya Sebelum Diculik

BOGOR, D'moneyTalk - Kepala cabang bank BUMN Mohamad Ilham Pradipta (37), sempat berkomunikasi dengan kakaknya sebelum dirinya diculik dan dibunuh.

Juru bicara keluarga korban, Widodo Bayu Ajie mengatakan, kacab bank BUMN itu beberapa jam sebelum diculik dan dibunuh sempat berkomunikasi dengan kakak tertuanya yang berada di Surabaya.

"Tidak ada gelagat aneh yang diperlihatkan oleh korban selama ini. Bahkan di hari kejadian, di siang harinya, dia (korban) masih ngobrol telponan sama kakaknya yang ada di Surabaya," ujar Bayu, saat ditemui D'moneyTalk, Senin (25/8/2025) malam.

"Jadi, Ilham ini kan sempat tugas di Surabaya. Nah, kakaknya yang paling tua lagi ada di sana. Terus mereka telponan ngomongin soal kuliner, makanan," sambung dia.

Sang kakak tak mengira jika obrolan tersebut menjadi obrolan terakhirnya dengan adiknya.

Kabar kasus penculikan serta pembunuhan yang diterima keluarga korban di hari kejadian itu itu ibarat petir di siang bolong. Tidak ada yang menduganya.

"Ngobrol biasa itu, kayak enggak ada beban. Makanya, kakaknya sama sekali enggak duga. Istrinya juga terpukul, anak-anaknya juga. Enggak kebayang kan," kata Bayu.

Bayu menyampaikan, keluarga korban meminta agar para pelaku penculikan dan pembunuhan dapat dihukum seadil-adilnya sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukan.

"Keinginan kami satu, para pelaku ini dihukum sesuai hukum yang berlaku. Terang benderang kasus ini, tidak ada yang ditutup-tutupi," ucap dia.

Pihak keluarga saat ini masih menunggu informasi terbaru dari polisi dalam penanganan kasus tersebut.

"Prosesnya saat ini kan masih penangkapan-penangkapan, belum ada statement dari polisi soal motif dan sebagainya. Harapan keluarga kasus ini bisa ditegakkan," ujar dia.

8 pelaku ditangkap

Subdit Resmob dan Subdit Jatanras Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya telah menangkap delapan orang yang terlibat dalam kasus ini.

Sebanyak tiga pria berinisial AT, RS, dan RAH, ditangkap di sebuah rumah berkelir merah jambu di Jalan Johar Baru III No.42, RT 05/RW 09, Johar Baru, Jakarta Pusat, Kamis (21/8/2025). Di hari yang sama, pria berinisial EW ditangkap di Bandar Udara Komodo Nusa Tenggara Timur.

Mereka adalah pelaku penculikan yang membawa MIP dari area parkir supermarket di Pasar Rebo, Jakarta Timur, Rabu (20/8/2025).

Sementara, polisi menangkap empat aktor intelektual dalam penculikan dan pembunuhan MIP. Empat orang itu ditangkap Subdit Jatanras Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya dalam operasi terpisah.

Tiga pelaku berinisial DH, YJ, dan AA ditangkap di Solo, Jawa Tengah, pada Sabtu (23/8/2025) pukul 20.15 WIB.

Sementara pelaku berinisial C diringkus di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara, Minggu (24/8/2025) pukul 15.30 WIB.

Kronologi penculikan

MIP ditemukan tewas di area persawahan sawah Kampung Karangsambung, Desa Nagasari, Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi, Kamis (21/8/2025), sekitar pukul 05.30 WIB.

Mayat korban pertama kali ditemukan oleh salah satu warga yang tengah menggembala sapi di area persawahan.

Saat pertama ditemukan, saksi melihat korban dalam kondisi tangan dan kaki terikat, serta mata terlilit lakban.

Setelah temuan tersebut, warga langsung melapor ke perangkat desa dan aparat kepolisian setempat.

Selanjutnya, petugas kepolisian mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) dan menemukan mayat dengan kondisi tubuh penuh luka lebam.

Belakang diketahui, korban sempat diculik dari supermarket di Pasar Rebo, Jakarta Timur, sebelum jasadnya dibuang ke area persawahan Kampung Karangsambung.

Berdasarkan rekaman CCTV yang diterima D'moneyTalk, korban tampak mengenakan kemeja batik cokelat berlengan pendek dan celana panjang krem.

Ia berjalan sambil menutupi kepala dengan tangan kiri, berusaha menghindari rintik hujan di area parkir supermarket di Pasar Rebo.

Setibanya di mobil, saat hendak membuka pintu kemudi kendaraan berwarna hitam, tiba-tiba beberapa orang keluar dari sebuah mobil putih yang terparkir tepat di sebelahnya.

Korban sempat berusaha melawan ketika disergap, tetapi usahanya tak membuahkan hasil.

Korban kemudian dipaksa masuk ke dalam mobil putih tersebut. Tak lama, kendaraan itu langsung melaju meninggalkan area parkir.

Seorang saksi yang melihat kejadian itu sempat menyadari adanya aksi penculikan. Namun, mobil berkelir putih tersebut keburu tancap gas dan menghilang dari lokasi.

Senin, 06 Oktober 2025

KontraS Beberkan Dugaan Kekerasan Seksual terhadap Massa yang Ditangkap

KontraS Beberkan Dugaan Kekerasan Seksual terhadap Massa yang Ditangkap

D'moneyTalk, SURABAYA – Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Surabaya menyampaikan bahwa massa yang ditangkap pasca aksi unjuk rasa berujung kerusuhan pada akhir Agustus 2025 di Surabaya, diduga mengalami tindakan penganiayaan hingga kekerasan seksual oleh aparat kepolisian.

KontraS Surabaya mengungkapkan dugaan-dugaan tersebut lewat sebuah video pendek yang berisi kesaksian 2 korban yang ditangkap oleh polisi, tetapi kemudian dibebaskan karena terbukti tidak terlibat dalam peristiwa tersebut. 

Korban pertama, Warno (bukan nama sebenarnya), mengaku bahwa dirinya menerima penganiayaan fisik ketika digiring aparat dan menjalani proses pemeriksaan di Mapolrestabes Surabaya.

Dia juga menyebut perilaku serupa juga dialami sekitar ratusan orang lainnya yang sama-sama ditangkap dan diringkus.

"Selang, tongkat, sabuk dipukulkan ke punggung berkali-kali. (Jumlah orang yang mendapat tindak penganiayaan) sekitar 150-an," ucap Warno dalam cuplikan rekaman video yang diputar KontraS Surabaya, Rabu (24/9/2025).

Korban kedua, Warni (bukan nama sebenarnya), juga menjelaskan secara spesifik dugaan perilaku kekerasan seksual yang dialaminya.

Dia mengaku dipaksa aparat kepolisian untuk mengoleskan balsam terhadap alat vitalnya saat menjalani tes urine.

Praktik tersebut, ujarnya, juga dilakukan secara bergantian bersama-sama dengan mereka yang ditangkap polisi. 

"Ketika tes urine, alat kelamin kita dikasih balsam. Gantian saya ngasih balsam duluan (kemudian bergiliran). Anak-anak (dipaksa) 'ayo kencing ayo kencing', terus misal kencingnya cuma satu tetes dua tetes, langsung disikat (dipukul)," papar Warni. 

Terkait dugaan tindakan kekerasan seksual tersebut, Kabiro Kampanye HAM KontraS Surabaya, Zaldi Maulana, menyebut bahwa hal itu terjadi terhadap Warni dan sekitar 19 orang lainnya yang ditangkap.

"Jadi untuk teknisnya itu, satu anak Si A (dipaksa) memberikan balsam kepada Si B, kemudian Si B memberikan balsam kepada si A secara bergantian gitu. Selain itu, juga enggak boleh kalau semisal kelihatan ngasih balsam itu sedikit, jadi harus banyak gitu kan. Kemudian mereka tidak diizinkan untuk pergi ke kamar mandi," ujar dia.

Terkait dugaan tindakan kekerasan seksual yang terjadi itu, Zaldi menyatakan korban dan orang tuanya mengalami guncangan psikologis. Terlebih korban Warno yang masih berusia 18 tahun dan duduk di bangku kelas XII SMK. 

"Untuk langkah hukum, kami belum memutuskan, karena itu hak keputusan korban. Sampai hari ini kami masih terus berkoordinasi dengan orang tua sebab kondisinya ini belum stabil masih ada rasa ketakutan," sebut Zaldi. 

KontraS Surabaya pun mendesak Kepolisian Republik Indonesia untuk segera menghentikan tindakan penangkapan massal, membebaskan seluruh tahanan, menghormati hak memilih penasihat hukum independen, dan menghentikan narasi kriminalisasi anarkisme.

Mereka juga meminta kepada pemerintah untuk menegakkan penuh UU SPPA dan prinsip diversi bagi anak. Selain itu mendorong Komnas HAM, KPAI, Ombudsman, hingga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk bertindak tegas.

"Jangan diam! Segera lakukan investigasi dan jalankan fungsi dan mandat HAM. Jadikan kasus ini indikator lemahnya implementasi ICCPR, CRC, dan CAT di Indonesia," serunya.

Sementara itu, saat dikonfirmasi Bisnis, Kasi Humas Polrestabes Surabaya AKP Rina Shanty Dewi Nainggolan enggan berkomentar lebih jauh mengenai dugaan tindakan kekerasan seksual yang dilakukan aparat terhadap massa aksi yang ditangkap tersebut.

Tiga Pelaku Edit Foto Syur AI Siswi Cirebon Mundur dari Sekolah, Kenal Saat SMP

Tiga Pelaku Edit Foto Syur AI Siswi Cirebon Mundur dari Sekolah, Kenal Saat SMP
Tiga Pelaku Edit Foto Syur AI Siswi Cirebon Mundur dari Sekolah, Kenal Saat SMP

Liputan Jurnalis Radar Info, Eki Yulianto

Radar Info, CIREBON-Kasus foto seorang siswi SMA di Cirebon yang diedit dengan bantuan kecerdasan buatan (AI) hingga terlihat telanjang semakin mendapat perhatian masyarakat.

Setelah video yang berisi ratusan foto hasil manipulasi menyebar di WhatsApp, kini keluarga tiga tersangka pelaku memastikan anak mereka memutuskan untuk mengundurkan diri dari sekolah.

Jaminan tersebut disampaikan oleh kuasa hukum dua tersangka yang bernama I dan A, yaitu Angga, dalam konferensi pers di sebuah kafe di kawasan Pekalangan, Kota Cirebon, pada Senin (25/8/2025) malam.

"Untuk ketiga tersangka pelaku ini, kami pastikan mengundurkan diri, tidak ada yang dikeluarkan. Ketiganya semua mengundurkan diri," kata Angga.

Menurutnya, keputusan tersebut diambil setelah keluarga menyadari kesalahan yang dilakukan anak-anak mereka dan memutuskan untuk mengeluarkan mereka dari sekolah.

Jika klien kami I dan A bersekolah di tempat yang sama, sedangkan klien teman saya Gusti, yaitu si V, berbeda sekolah.

"Semua mundur setelah kami menyadari kesalahan mereka. Keluarga kemudian mengambil keputusan untuk mengambil anaknya," katanya.

Angga menekankan, terdapat banyak informasi yang tidak jelas dan berbeda-beda beredar di kalangan masyarakat mengenai jumlah foto yang beredar.

Ia menolak pendapat bahwa terdapat ratusan foto korban yang diubah.

Benar, jumlah foto dari klien kami hanya berkisar antara 23 hingga 25.

"Dari jumlah tersebut, hanya lima yang terlihat menarik. Sisanya masih tertutup. Dari kelima foto itu, masing-masing berbeda, artinya satu korban memiliki satu foto," katanya.

Ia menuturkan, korban dan pelaku sebenarnya memiliki hubungan persahabatan yang sudah lama terjalin.

Korban dan pelaku adalah teman sekelas SMP. Setelah masuk SMA, mereka terpisah.

"Foto yang digunakan diambil pada masa peralihan dari SMP ke SMA, sekitar Maret hingga Mei," jelasnya.

Pada kesempatan tersebut, pihak keluarga juga menyampaikan permohonan maaf.

Selain permintaan maaf, kami selaku perwakilan keluarga tersangka pelaku juga merasa khawatir jika kasus ini dimanfaatkan oleh pihak tertentu.

"Kami juga siap menghadapi konsekuensi, baik yang bersifat materiil maupun sosial, yang selama ini sudah sangat berat bagi keluarga kami," ujarnya.

Ia berharap para korban serta keluarga dapat membuka pintu pengampunan dan menyelesaikan masalah ini melalui jalur keluarga.

"Permintaan maaf tetap akan kami lakukan. Tindakan ini kami lakukan agar terbuka kesempatan dari para korban," katanya.

Di sisi lain, suasana pertemuan yang diadakan di Jalan dr Wahidin, Kota Cirebon, pada siang hari, antara orang tua korban dan pelaku serta didampingi oleh kuasa hukum mereka, berlangsung penuh emosi.

Seorang ibu yang menjadi korban tidak mampu menahan air mata saat menyampaikan perasaannya di depan semua pihak.

"Anak kami memiliki masa depan. Kami sangat tidak terima jika putrinya dijadikan bahan foto yang tidak senonoh. Meskipun bukan tubuh anak kami, wajahnya adalah wajah anak-anak kami," katanya dengan suara bergetar.

Wakil hukum korban, Sharmila, juga menyatakan bahwa kasus ini melibatkan beberapa pihak.

"Yang melakukan pengeditan memang hanya satu orang, tetapi ada yang menyediakan foto dan ada pula yang ikut menyebarkan. Jadi tidak sendirian," jelas Sharmila.

Di sisi lain, kuasa hukum korban lainnya, Reza, menekankan pentingnya penanganan kasus ini secara hukum.

"Jangan sampai dilewatkan begitu saja. Ada Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak yang mampu menjerat pelaku. Kita semua berharap para korban mendapatkan keadilan," ujar Reza.

Seperti yang diketahui, perkara ini melibatkan tiga tersangka dengan inisial V, I, dan A, yang saat ini masih menjadi siswa di dua sekolah ternama di Cirebon.

Mereka telah diperiksa oleh penyidik Polres Cirebon Kota bersama orang tua masing-masing pada hari Sabtu (23/8/2025).

Tidak lama setelah itu, sejumlah korban yang jumlahnya diperkirakan puluhan menjalani pemeriksaan.

Informasi terkini mengungkapkan, selain beredar di WhatsApp, gambar-gambar hasil manipulasi AI tersebut juga pernah dijual melalui aplikasi Telegram.

Kamis, 25 September 2025

Viral Jenazah Dibonceng Pakai Motor Imbas Jalan Rusak

Viral Jenazah Dibonceng Pakai Motor Imbas Jalan Rusak
Viral Jenazah Dibonceng Pakai Motor Imbas Jalan Rusak

D'moneyTalk, Gorontalo -Beredar video viral yang menampilkan jenazah yang dibonceng menggunakan motor melintasi hutan. Video tersebut sontak jadi perbincangan di media sosial.

Momen tersebut, terekam kamera dan diunggah di media sosial, Instagram. Salah satu akun Instagram yang mengunggah kisah pilu tersebut, yakni @informasilimabanua. Berdasarkan penelusuran Tribunnews, Senin (25/8/2025), videonya telah dilihat lebih dari 4 ribu kali. 

Dalam video tersebut, tampak seorang pria mengendarai motor. Dalam motor itu, terdapat sang pengemudi, satu orang yang sudah dikabarkan sudah meninggal di bagian tengah, serta satu orang lagi di bagian paling belakang. Total satu motor dinaiki oleh tiga orang. 

Mereka melewati jalanan tanah berlumpur dan berlubang. Terlihat pula sejumlah warga turut menjaga dan membantu pengendara yang membawa jenazah itu. 

Setelah diusut, peristiwa itu terjadi di Kecamatan Pinogu, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. Pria bernama Peo Samania, membawa jenazah kakaknya yang baru meninggal di RS Toto. Peo Samania membawa jenazah menggunakan sebuah sepeda motor yang telah dimodifikasi.

Kecamatan Pinogu terletak di tengah hutan (enclave) dan belum banyak fasilitas umum yang dibangun di daerah ini, termasuk rumah sakit. Oleh karena itu, warga yang membutuhkan rujukan rumah sakit harus dibawa ke luar kecamatan dengan menembus hutan.

Sementara itu, Rumah Sakit Toto merupakan rumah sakit khusus yang berfokus pada regenerative medicine dan transplantasi. Rumah sakit umum daerah ini, juga ada di Gorontalo.

Perjalanan membawa jenazah ke rumah duka ini memakan waktu 5 jam tanpa fasilitas jalan yang memadai. Jalan yang dilalui pun masih berupa tanah becek, yang sebagian sudah tergerus ban motor sehingga membentuk lubang dalam yang memanjang.

“Kejadiannya kemarin. Yang meninggal masih saudara saya,” kata Wawan Thalib, salah seorang kerabat almarhum, Sabtu (23/8/2025). 

Wawan menjelaskan, almarhum Nandar Samania masih terbilang kemenakannya. Nandar dibawa ke RS Toto dari rumahnya di Desa Tilonggibila juga menggunakan kendaraan yang sama. “Sempat dirawat empat hari di Rumah Sakit Toto,” kata Wawan.

Namun, saat dalam perawatan, Nandar meninggal dunia. Dari RS Toto, jenazah Nandar dibawa menggunakan mobil ambulans hingga ke Desa Poduwoma.

Selanjutnya, jenazah dibonceng menggunakan motor melewati jembatan gantung oleh Peo Samania melalui Desa Tulabolo dan Tulabolo Timur sebelum masuk hutan taman nasional hingga ke Desa Tilonggibila di Kecamatan Pinogu. “Saat dirujuk ke RS Toto dan dibawa pulang ke kampung di Kecamatan Pinogu dengan cara yang sama, yaitu dibonceng dengan motor ojek yang sudah dimodifikasi khusus,” jelas Wawan.

Wawan mengungkapkan, perjalanannya menembus hutan bukan perkara yang mudah. Bahkan, setiap motor dipastikan membawa alat bengkel untuk berjaga-jaga jika terjadi kerusakan di hutan. Sebab, jalan yang dilalui bukan jalan aspal, melainkan jalan tanah yang selalu berair dan acap kali longsor.

“Perjalanan Peo Samania membawa jenazah kakaknya sempat menghadapi pohon tumbang, ini tidak mudah,” cerita Wawan. Peo Samania tak sendirian dalam perjalanan, ia didampingi sejumlah kerabatnya yang juga membawa motor masing-masing.  

Kejadian ini, rupanya bukan pertama kali bagi warga Kecamatan Pinogu. Sebelumnya, pernah ada orang yang berobat ke rumah sakit naik motor dan pulang dalam kondisi meninggal melalui jalan yang sama.

Berita selengkapnya Jasad Brigadir Esco Tak Bau Sama Sekali, Padahal Sudah Tewas Beberapa Hari