Selasa, 07 Oktober 2025

Kiat SPPG Tanah Sareal Pertahankan Zero Accident MBG

Kiat SPPG Tanah Sareal Pertahankan Zero Accident MBG
Kiat SPPG Tanah Sareal Pertahankan Zero Accident MBG

KORAN - PIKIRAN RAKYAT - ANTARA - Selama  hampir sembilan bulan beroperasi, Sentra Persiapan Pangan dan Gizi (SPPG) Tanah Sareal, Kota Bogor, berhasil mempertahankan catatan gemilang: zero accident atau nol kesalahan dalam menyiapkan Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Capaian ini bukan sekadar angka, melainkan cermin tata kelola yang disiplin, ketat, dan penuh tanggung jawab demi menghadirkan layanan gizi terbaik bagi ribuan penerima manfaat setiap harinya.

SPPG Tanah Sareal resmi berope­rasi pada 6 Januari 2025. Namun, ja­uh sebelum itu, selama tiga bulan sejak November 2024, para pengelola melakukan persiapan matang. Mereka belajar dari tahap paling dasar: ba­gaimana memilih bahan pangan, men­jaga higienitas, hingga menya­lur­kan makanan bergizi yang aman. Lo­kasinya berada di Kedungbadak, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, dan sejak awal dirancang menjadi dapur pusat yang berstandar tinggi.

Ahli gizi SPPG Tanah Sareal, Countessha Nicola atau akrab disapa Tessa, menjelaskan bahwa kunci utama keberhasilan adalah pengawasan sejak awal. Setiap bahan pangan yang datang diperiksa dengan ketat.

Jika ada bahan berkualitas rendah, langsung dipisahkan. Bahan kering dan basah ditempatkan di ruang pe­nyimpanan berbeda agar tidak saling terkontaminasi. Bahan basah, mulai dari daging hingga bumbu, masuk ke pendingin dengan suhu yang disesu­aikan. Daging disimpan pada suhu di bawah minus 15 derajat Celcius, sementara bumbu ditempatkan di ruang dingin dengan suhu lebih stabil. Semua dilakukan demi menjaga kua­litas dan kesegaran bahan sebelum diolah.

Disiplin dan konsisten

Proses memasak dimulai jauh sebelum fajar. Untuk menu berbahan dasar daging yang membutuhkan waktu lama, dapur mulai bekerja sejak pukul 01.00. Sementara menu sederhana baru diolah sekitar pukul 02.00. Setelah makanan matang, ada tahapan krusial yang tak boleh dilewati: proses pendinginan.

Pendinginan dilakukan sebelum pemorsian dan pengemasan dimulai pada pukul 05.00. “Kalau makanan dikemas dalam kondisi panas, justru rentan terkontaminasi bakteri dan lebih cepat basi,” kata Tessa. Uap panas yang terjebak dalam kemasan dapat memicu peng­endapan air, membuat makanan lem­bap, dan akhirnya mempercepat pembusukan.

Begitu makanan diporsikan dan dikemas, distribusi segera dilakukan. Tepat pukul 07.00, paket MBG tahap pertama harus sudah tiba di sekolah. Sasaran utamanya adalah siswa PAUD, TK, dan SD yang membutuh-kan energi sejak pagi untuk belajar.

Tak berhenti di situ, SPPG Tanah Sareal juga menyiapkan gelombang kedua. Pukul 07.00, dapur kembali bekerja, kali ini untuk memenuhi kebutuhan siswa SMP dan SMA. Pemorsian dan pengemasan gelombang kedua dilakukan pukul 09.00 agar makanan tiba di sekolah sekitar pukul 11.00.

Tessa menegaskan bahwa makanan idealnya dikonsumsi dalam waktu kurang dari empat jam sejak disajikan. Jika melewati batas itu, risiko makanan basi membesar.

Demi menjaga ritme, SPPG mene­rapkan sistem kerja shift bagi 46 kar­yawannya. Dengan pembagian tugas yang jelas, seluruh alur produksi berjalan lancar dari dini hari hingga siang.

Selain disiplin dalam waktu, SPPG Tanah Sareal juga konsisten melakukan uji organoleptik sebelum makanan dikirim. Uji pancaindra ini meliputi pemeriksaan rasa, aroma, tekstur, hingga tampilan makanan. “Kalau ada yang tidak sesuai standar, langsung diperbaiki sebelum didistribusikan,” kata Tessa.***

Yogyakarta Uji Coba Zona Pejalan Kaki 24 Jam

Yogyakarta Uji Coba Zona Pejalan Kaki 24 Jam

PEMERINTAH Kota Yogyakartasedang menyusun program yang diharapkan mampu menjadi konsep baru sehingga para wisatawan dapat merasakan pengalaman yang tak terlupakan saat berkunjung. Konsep tersebut berupa penerapan kawasanpedestrian yang beroperasi 24 jam sehari. Pengunjung yang datang ke kawasan tersebut dapat merasakan suasana yang berbeda, mendapatkan area pejalan kaki untuk menikmati atmosfer kota tanpa gangguan kendaraan bermotor sama sekali.

Wakil Wali Kota Yogyakarta, Wawan Harmawan, menyatakan bahwa rencana ini akan diuji coba pada 7 Oktober 2025, yaitu saat perayaan hari jadi ke-269 Kota Yogyakarta. "Jika konsep ini berjalan lancar, mungkin akan diterapkan secara rutin setiap bulan atau bahkan mingguan," ujar Wawan saat berdiskusi dengan para pelaku pariwisata yang tergabung dalam

Asosiasi Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Wilayah Istimewa Yogyakarta pada hari Rabu, 24 September 2025 di Yogyakarta.

Hanya saja, belum diungkapkan, di mana lokasi yang akan diuji coba sebagai kawasanfull pejalan kaki sepanjang hari penuh. Saat ini, beberapa area di Kota Yogyakarta telah memiliki jalur pejalan kaki yang didukung oleh trotoar yang cukup luas dan nyaman bagi pengguna. Tidak hanya di kawasan wisata utama Malioboro, tetapi juga terdapat di area seperti Kotabaru dan sebagainya.

Maliboro Semipedestrian

Di kawasan Malioborosejak beberapa tahun terakhir, kawasan ini juga berfungsi sebagai area semi pejalan kaki. Setiap hari, wilayah tersebut ditutup bagi kendaraan bermotor mulai pukul 18.00 WIB hingga 21.00 WIB. Hal ini merupakan bagian dari kebijakan Car Free Night (CFN) di kawasan tersebut yang memberikan waktu bagi pengunjung untuk berjalan kaki di trotoar atau jalan utama agar menikmati suasana malam.

Wawan mengatakan, konsep dan inovasi di bidang pariwisata perlu terus dikembangkan agar para wisatawan tidak merasa bosan dan kunjungan tetap stabil. "Orang yang datang ke Yogyakarta harus merasakan sesuatu yang baru. Bukan hanya wisata murah, tetapi juga berkualitas dan penuh pengalaman," ujarnya.

Wawan mengatakan, Kota Yogyakartasebenarnya kampung-kampung wisata yang berbasis kelurahan juga didukung oleh kekuatan dari masing-masing daerah. Setiap kampung tersebut telah memperkuat paket wisata untuk mempromosikan potensi uniknya, baik dari segi kuliner, kerajinan, hingga mode.

Daya Tarik Destinasi

Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (GIPI DIY), Bobby Ardiyanto Setyo Aji menyampaikan, agar dapat mempertahankan jumlah kunjungan wisatawan, pengembangan daya tarik destinasi sangat diperlukan. "Wisatawan datang tidak hanya untuk melihat objek wisata, tetapi juga ingin mendapatkan pengalaman. Oleh karena itu, kualitas pelayanan akan membuat mereka ingin kembali," ujarnya.

Jadi, menurut Bobby, upaya dalam menciptakan daya tarik wisata dengan konsep yang baru memerlukan struktur yang jelas, tata kelola yang baik, serta koordinasi yang kuat khususnya dengan komunitas dan sektor swasta yang terlibat dalam industri pariwisata.

Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Wahyu Hendratmoko menyampaikan, peta Yogyakarta secara keseluruhan mencakup 58 jenis objek wisata yang meliputi wisata budaya, sejarah, religius, pendidikan, serta wisata belanja.

Peta tersebut mencakup 20 destinasi sejarah, budaya, dan agama, 14 destinasi pendidikan, 6 destinasi perbelanjaan, serta 18 kampung wisata. "Namun, sektor pariwisata Yogyakarta masih menghadapi tantangan terutama dalam hal pergerakan wisatawan, lamanya tinggal, dan pengeluaran wisatawan," ujar Wahyu.

Menurutnya, selama tahun 2024, jumlah kunjungan wisatawan ke Kota Yogyakarta mencapai 10,9 juta orang, tetapi rata-rata lamanya tinggal masih sekitar 1,88 hari dengan pengeluaran sebesar Rp 2,25 juta per wisatawan. "Angka ini perlu ditingkatkan melalui inovasi dan kreativitas baru," ujarnya.

Jumat, 26 September 2025

TMMD Kodim 0722/Kudus: Menjahit Harapan, Membangun Masa Depan Desa Kandangmas di Lereng Muria

TMMD Kodim 0722/Kudus: Menjahit Harapan, Membangun Masa Depan Desa Kandangmas di Lereng Muria

Radar Info, KUDUS- Berada di antara kaki Pegunungan Muria yang dingin dan hijau, terletak sebuah kabupaten kecil yang kaya akan warisan budaya, semangat keagamaan, serta dinamika perekonomian masyarakat: Kudus. Tanah para wali, kampung penghasil kretek, sekaligus surga bagi penikmat kuliner dan tradisi.

Di tempat ini, sejarah dan masa depan berjalan bersamaan. Menara Kudus yang megah berdiri, bukan hanya sebagai simbol kejayaan Islam Jawa, tetapi juga pengingat akan kearifan lokal yang menyatu dengan nilai spiritual. Di antara gang-gang sempit kota, aroma jenang tercium, tanda bahwa UMKM tetap bertahan, meskipun waktu terus berlalu.

Namun Kudus bukan hanya sebuah kota. Ia juga meliputi dataran tinggi dan desa-desa yang terletak di kaki Gunung Muria, seperti Desa Kandangmas di mana kabut pagi mengelilingi atap rumah kayu dan suara ayam jantan saling bersahutan dari kejauhan. Di sanalah kehidupan berlangsung dengan sederhana, namun tidak pernah menyerah.

Desa Kandangmas berada di Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, dengan ketinggian 750 meter di atas permukaan laut. Desa pariwisata ini berjarak sekitar 15,7 km dan membutuhkan waktu perjalanan sekitar 27 menit dari pusat kota Kudus.

Antara lain, daya tarik yang terdapat di Desa Wisata Kandangmas meliputi wisata air Bendungan Logung, wisata pembelajaran pengolahan gula tumbu, serta wisata petualangan jeep. Selain itu, di desa ini juga terdapat makam yang sering dikunjungi para peziarah, yakni makam putri Sunan Muria bernama Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku, yang merupakan keturunan Mataram.

Di sana TNI hadir dalam kegiatan TMMD dengan membuka akses jalan, memperbaiki rumah warga, memberikan pelatihan, serta menanamkan harapan. Mereka datang bukan sebagai tamu, melainkan sebagai saudara. Bersama masyarakat, mereka menggali bukit, menyusun batu demi batu, tidak hanya untuk membangun infrastruktur, tetapi juga untuk masa depan.

Kudus tidak pernah kehabisan kisah. Mengenai semangat, tentang kerja sama, tentang masyarakat yang ingin bangkit dari keterbatasan. TMMD di Kudus adalah bukti bahwa pembangunan tidak hanya dimulai dari pusat, tetapi juga bisa berkembang dari daerah pinggiran, selama ada niat dan kesatuan.

Kudus bukan sekadar tempat lahirnya kretek. Ia ialah lokasi di mana iman, semangat kerja, dan kebersamaan berkobar, mulai dari kaki Gunung Muria hingga ke jiwa masyarakatnya.

Jalan Baru, Harapan Baru

Suara cangkul dan mesin molen bersatu dengan tawa anak-anak yang bermain di tepi jalan desa. Di tengah udara sejuk pegunungan Muria, suasana yang berbeda mengelilingi Desa Kandanagmas, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Desa yang selama ini terpencil karena akses jalan yang curam dan sempit, kini sedang berubah dengan hadirnya prajurit TNI dari Kodim 0722/Kudus dalam pelaksanaan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-125.

Selama sebulan penuh, sejak TMMD 125 dibuka pada 23 Juli 2025, prajurit TNI bekerja sama dengan warga desa membangun jalan penghubung, merehab rumah yang tidak layak huni, serta memberikan sosialisasi kesehatan dan wawasan kebangsaan. TMMD bukan hanya program pembangunan fisik, tetapi juga menjadi jembatan harapan antara negara dan rakyat.

Dengan semangat membangun dari pinggiran, TMMD hadir sebagai jawaban nyata untuk mengurangi kemiskinan, menghilangkan isolasi desa, serta mendorong tumbuhnya kegiatan ekonomi di wilayah setempat. Harapan baru kini muncul di tengah masyarakat yang sebelumnya hidup dalam keterbatasan.

Sarno (52), petani kopi dari Dukuh Watu Gendong, tidak mampu menyembunyikan perasaan harunya. Matanya berkaca-kaca ketika menunjukkan jalan beton sepanjang 1,2 kilometer yang sedang dikerjakan oleh Satgas TMMD.

Dulunya, untuk membawa hasil panen ke pasar, saya harus memikul karung sejauh hampir dua kilometer. Kini, jalan sudah beraspal, sepeda motor bisa masuk hingga ke kebun," katanya dengan lembut, penuh rasa terima kasih.

Akses jalan yang lebih baik secara otomatis mengurangi biaya logistik, membuka kesempatan pasar, serta mempermudah pergerakan masyarakat. Inilah wujud nyata bagaimana TMMD berkontribusi menurunkan tingkat kemiskinan, bukan hanya melalui bantuan langsung, tetapi juga melalui pembangunan yang berkelanjutan.

Kekompakan TNI dan Rakyat dalam Membangun Bersama

TMMD ke-125 fokus pada penyeimbangan pembangunan di wilayah terpencil serta memperkuat persatuan TNI dan rakyat. Selain membangun infrastruktur, juga berupaya membangun semangat kerja sama. Kami berharap masyarakat tidak hanya menikmati hasilnya, tetapi juga turut berpartisipasi dalam prosesnya.

Sementara melakukan kegiatan fisik, Satgas TMMD juga menyelenggarakan layanan kesehatan gratis, pengajian massal, serta sosialisasi pencegahan stunting, narkoba, dan wawasan kebangsaan. Babinsa juga turut berperan dalam mengajar anak-anak SD, menanamkan nilai-nilai nasionalisme sejak dini.

"Pak tentara mengajarkan kami baris-berbaris dan menceritakan tentang Pancasila," kata Dian (10), siswi SDN Rahtawu. Wajahnya bersinar, seolah menyimpan semangat baru dari seragam loreng yang kini sudah biasa dilihatnya.

Lepaskan Kemiskinan Melalui Tindakan Nyata

Tidak hanya jalan dan rumah, TMMD menciptakan dasar untuk masa depan, yaitu pendidikan, kesehatan, serta rasa percaya diri masyarakat desa. Dengan menghilangkan isolasi, akses terhadap layanan dasar menjadi lebih mudah dan kesempatan ekonomi terbuka lebar. Ini adalah wujud nyata pembangunan yang inklusif dan menyentuh akar dari kemiskinan.

TMMD ke-125 Kodim Kudus menunjukkan bahwa pembangunan yang sebenarnya tidak hanya terbatas pada pengangkatan batu dan semen, tetapi juga mencakup penguatan keyakinan masyarakat terhadap negara. Setelah program ini berakhir, satu hal yang tersisa adalah semangat bahwa negara hadir bukan hanya melalui janji-janji, tetapi melalui tindakan nyata dan tulus.

"TMMD, Menciptakan Harapan Baru, Mengatasi Kemiskinan." Kalimat ini bukan hanya sekadar ucapan, tetapi merupakan semangat dari program yang menyentuh inti kehidupan pedesaan Indonesia. Di Kudus, TMMD tidak hanya membangun jalan raya tetapi juga menciptakan masa depan yang lebih cerah.

Makmurkan Desa Lereng Gunung Muria

Harapan baru sedang berkembang di kaki Pegunungan Muria. Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, yang selama ini terpencil karena medan curam dan kurangnya fasilitas, kini mulai berubah. Semua berkat program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-125 yang dilaksanakan Kodim 0722/Kudus bekerja sama dengan Pemerintah Daerah dan masyarakat.

Desa Kandang Mas yang berada di Kudus terkenal sebagai pusat kegiatan pertanian, khususnya dalam produksi tebu dan kencur. Selain itu, desa ini juga menghasilkan berbagai jenis tanaman umbi seperti ketela, kunir, dan jahe. Hasil pertanian tersebut menjadi sumber penghidupan utama bagi sebagian besar penduduk desa.

Desa Kandang Mas adalah salah satu wilayah penghasil tebu di Kabupaten Kudus. Selain itu, komoditas kencur menjadi unggulan petani di desa ini karena kondisi tanah yang kering namun lembut. Di Desa Kandangmas, terdapat pabrik gula tumbu yang masih dipertahankan, menggunakan tebu sebagai bahan dasar.

Petani di Desa Kandangmas sering mengalami kesulitan dalam mengangkut hasil panen, khususnya akibat kondisi jalan yang tidak memadai, terutama pada musim hujan. Namun, saat ini sedang dilakukan penguatan jalan guna mempermudah kegiatan ekonomi masyarakat tanpa terganggu oleh cuaca.

Selama sebulan penuh, sejak program ini diluncurkan, puluhan anggota TNI bersama masyarakat membangun jalan beton yang panjangnya lebih dari satu kilometer, merehab rumah yang tidak layak huni, serta menyelenggarakan berbagai kegiatan sosial. Semua tujuannya adalah untuk mengatasi kemiskinan dari akar, memberikan akses, dan membangun kepercayaan masyarakat terhadap negara.

"Dulunya, saat panen, kami membawa hasilnya turun dari bukit. Sekarang, jalan sudah dikeraskan, sepeda motor bisa sampai ke kebun. Ini benar-benar mengubah kehidupan kami," kata Sarno (52), seorang petani di Desa Kandangmas.

Program unggulan TMMD kali ini adalah pembangunan infrastruktur jalan. Akses jalan yang memadai memberikan kesempatan ekonomi, mengurangi biaya logistik, serta mempercepat penyebaran hasil pertanian. Dampaknya terasa langsung, khususnya bagi masyarakat yang bergantung pada hasil kebun.

Harapan Tak Sekadar Janji

TMMD ke-125 di Kudus tidak hanya fokus pada pembangunan infrastruktur. Satuan Tugas TMMD juga menyelenggarakan sosialisasi kesehatan, bahaya narkoba, serta pentingnya pendidikan. Siswa sekolah dasar juga mendapat tambahan pelajaran dari anggota TNI yang bertindak sebagai guru tamu.

"Pak tentara mengajarkan saya baris-berbaris dan menyanyikan lagu Indonesia Raya," ujar Dian (10), siswi Sekolah Dasar dengan mata berbinar. Pengalaman ini tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga memupuk semangat nasionalisme sejak dini.

TMMD adalah bentuk nyata dari keterpaduan TNI dan rakyat dalam membangun tanah air dari daerah paling pinggiran. TMMD tidak hanya berkaitan dengan pembangunan infrastruktur, tetapi juga mencakup pembentukan mental, semangat, serta rasa kerja sama.

Kolaborasi antara TNI, pemerintah daerah, aparat desa, mahasiswa, serta organisasi masyarakat menjadi faktor penting dalam keberhasilan TMMD. Semua pihak bekerja sama, demi satu tujuan yaitu kemajuan desa dan kesejahteraan masyarakat.

Setelah TMMD ke-125 selesai dan alat berat kembali ke markas, yang tersisa tidak hanya jalan beton dan bangunan baru. Yang lebih penting adalah rasa percaya diri masyarakat, semangat kerja sama, serta keyakinan bahwa negara hadir dan peduli.

TMMD bukan hanya sebuah program tahunan. Ia merupakan wujud nyata dari rasa cinta terhadap tanah air melalui kerja sama dengan masyarakat, demi kesejahteraan rakyat. TMMD ke-125 Kodim 0722/Kudus telah menunjukkan bahwa pembangunan tidak selalu harus menunggu dari pemerintah pusat. Dengan semangat kemanunggalan, desa yang terpencil pun mampu berkembang, kemiskinan bisa diatasi, dan harapan dapat diciptakan.

Tim Pengawasan dan Evaluasi (Wasev) TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) yang berasal dari Markas Besar Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (Mabesad) melakukan kunjungan untuk mengecek perkembangan pembangunan dalam program TMMD Reguler ke-125 Tahun 2025, di Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, pada hari Selasa (12/8/2025).

Sebelum tiba di lokasi TMMD Reguler Ke-125 di Desa Kandangmas, Tim Wasev yang dipimpin oleh Paban IV Komsos Sterad Mabesad, Kolonel Kav Zubaedi, menghadiri paparan perkembangan program tersebut di Pendapa Kabupaten Kudus. Tujuan dari Wasev ini adalah meliputi pembangunan sumur bor dan jembatan penghubung antara Dukuh Masin dengan Dukuh Sudo, Desa Kandangmas.

Sambil menjalankan tugas pengawasan, Paban IV Komsos Sterad Mabesad, Kolonel Kav Zubaedi, mengapresiasi kerja sama yang baik antara Kodim 0722/Kudus dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus.

"Kami menghargai peran Pemkab dan DPRD yang mendukung kegiatan positif yang dilakukan oleh anggota TNI Angkatan Darat," katanya.

Menurutnya, program TMMD Reguler Ke-125 di Desa Kandangmas, Kudus tahun ini akan berlangsung mulai 23 Juli hingga 21 Agustus 2025 mendatang. Saat ini, seluruh rangkaian kegiatan fisik dan non fisik masih berjalan dan memasuki tahap akhir.

"Semoga semua dapat selesai sesuai jadwal, dan dapat dimanfaatkan serta dijaga dengan baik pada masa mendatang," ujar Zaubaedi.

Bellinda Birton, Wakil Bupati Kudus, berharap kerja sama yang baik antara Pemda dan TNI terus berlangsung, serta hasil dari TMMD Reguler Ke-125 Kodim 0722/Kudus dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh warga Desa Kandangmas.

"Harapan kami, apa yang telah kita bangun dan kerja sama ini, hasilnya dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat," tambah Bellinda.

Pada kesempatan tersebut, Bellinda juga menyampaikan pesan kepada masyarakat, agar segala sesuatu yang telah dibangun oleh tim Satgas TMMD Reguler ke-125 dapat dijaga dan dipelihara dengan baik.

"Kami berharap masyarakat dapat menjaga dan merawat hasil pembangunan TMMD ini," ujarnya.

Program TMMD juga menyelenggarakan penyuluhan wawasan kebangsaan, pelatihan keterampilan, kesehatan serta edukasi mengenai pertanian modern. Dengan demikian, TNI tidak hanya meninggalkan bangunan fisik, tetapi juga memberikan ilmu yang berguna kepada masyarakat untuk mendukung kemandirian mereka.

Keberhasilan TMMD 125 di Kudus tidak terlepas dari dukungan pemerintah setempat serta partisipasi masyarakat dan kerja nyata anggota militer. Aktivitas TNI melalui TMMD selaras dengan visi pembangunan wilayah dalam memperkuat akses dan meningkatkan kesejahteraan penduduk desa.

Selain manfaat ekonomi dan sosial, TMMD juga menyajikan makna kebangsaan yang mendalam. Masyarakat merasakan kehadiran negara melalui prajurit TNI yang bekerja tanpa pamrih, bersinggungan dengan rakyat, bermalam di rumah penduduk, serta makan bersama mereka. Nilai inilah yang tertanam dalam hati warga desa.

Masyarakat Kudus menyimpan kenangan indah mengenai kebersamaan ini. Jalan, jembatan, serta rumah yang layak huni akan menjadi warisan nyata, namun lebih dari itu, semangat kerja sama dan rasa persaudaraan akan selalu melekat di hati mereka.

TMMD Reguler ke-125 di Kudus telah menunjukkan bahwa pembangunan tidak hanya sekadar mengatur struktur fisik desa, tetapi juga memberikan harapan baru. Dengan semangat persatuan, TNI dan masyarakat telah menciptakan kisah indah yaitu dari desa, untuk Indonesia.(Letnan Kolonel Infanteri Hermawan Setya Budi - Komandan Satgas TMMD 125 Kodim 0722/Kudus)