Selasa, 07 Oktober 2025

Yogyakarta Uji Coba Zona Pejalan Kaki 24 Jam

PEMERINTAH Kota Yogyakartasedang menyusun program yang diharapkan mampu menjadi konsep baru sehingga para wisatawan dapat merasakan pengalaman yang tak terlupakan saat berkunjung. Konsep tersebut berupa penerapan kawasanpedestrian yang beroperasi 24 jam sehari. Pengunjung yang datang ke kawasan tersebut dapat merasakan suasana yang berbeda, mendapatkan area pejalan kaki untuk menikmati atmosfer kota tanpa gangguan kendaraan bermotor sama sekali.

Wakil Wali Kota Yogyakarta, Wawan Harmawan, menyatakan bahwa rencana ini akan diuji coba pada 7 Oktober 2025, yaitu saat perayaan hari jadi ke-269 Kota Yogyakarta. "Jika konsep ini berjalan lancar, mungkin akan diterapkan secara rutin setiap bulan atau bahkan mingguan," ujar Wawan saat berdiskusi dengan para pelaku pariwisata yang tergabung dalam

Asosiasi Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Wilayah Istimewa Yogyakarta pada hari Rabu, 24 September 2025 di Yogyakarta.

Hanya saja, belum diungkapkan, di mana lokasi yang akan diuji coba sebagai kawasanfull pejalan kaki sepanjang hari penuh. Saat ini, beberapa area di Kota Yogyakarta telah memiliki jalur pejalan kaki yang didukung oleh trotoar yang cukup luas dan nyaman bagi pengguna. Tidak hanya di kawasan wisata utama Malioboro, tetapi juga terdapat di area seperti Kotabaru dan sebagainya.

Maliboro Semipedestrian

Di kawasan Malioborosejak beberapa tahun terakhir, kawasan ini juga berfungsi sebagai area semi pejalan kaki. Setiap hari, wilayah tersebut ditutup bagi kendaraan bermotor mulai pukul 18.00 WIB hingga 21.00 WIB. Hal ini merupakan bagian dari kebijakan Car Free Night (CFN) di kawasan tersebut yang memberikan waktu bagi pengunjung untuk berjalan kaki di trotoar atau jalan utama agar menikmati suasana malam.

Wawan mengatakan, konsep dan inovasi di bidang pariwisata perlu terus dikembangkan agar para wisatawan tidak merasa bosan dan kunjungan tetap stabil. "Orang yang datang ke Yogyakarta harus merasakan sesuatu yang baru. Bukan hanya wisata murah, tetapi juga berkualitas dan penuh pengalaman," ujarnya.

Wawan mengatakan, Kota Yogyakartasebenarnya kampung-kampung wisata yang berbasis kelurahan juga didukung oleh kekuatan dari masing-masing daerah. Setiap kampung tersebut telah memperkuat paket wisata untuk mempromosikan potensi uniknya, baik dari segi kuliner, kerajinan, hingga mode.

Daya Tarik Destinasi

Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (GIPI DIY), Bobby Ardiyanto Setyo Aji menyampaikan, agar dapat mempertahankan jumlah kunjungan wisatawan, pengembangan daya tarik destinasi sangat diperlukan. "Wisatawan datang tidak hanya untuk melihat objek wisata, tetapi juga ingin mendapatkan pengalaman. Oleh karena itu, kualitas pelayanan akan membuat mereka ingin kembali," ujarnya.

Jadi, menurut Bobby, upaya dalam menciptakan daya tarik wisata dengan konsep yang baru memerlukan struktur yang jelas, tata kelola yang baik, serta koordinasi yang kuat khususnya dengan komunitas dan sektor swasta yang terlibat dalam industri pariwisata.

Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Wahyu Hendratmoko menyampaikan, peta Yogyakarta secara keseluruhan mencakup 58 jenis objek wisata yang meliputi wisata budaya, sejarah, religius, pendidikan, serta wisata belanja.

Peta tersebut mencakup 20 destinasi sejarah, budaya, dan agama, 14 destinasi pendidikan, 6 destinasi perbelanjaan, serta 18 kampung wisata. "Namun, sektor pariwisata Yogyakarta masih menghadapi tantangan terutama dalam hal pergerakan wisatawan, lamanya tinggal, dan pengeluaran wisatawan," ujar Wahyu.

Menurutnya, selama tahun 2024, jumlah kunjungan wisatawan ke Kota Yogyakarta mencapai 10,9 juta orang, tetapi rata-rata lamanya tinggal masih sekitar 1,88 hari dengan pengeluaran sebesar Rp 2,25 juta per wisatawan. "Angka ini perlu ditingkatkan melalui inovasi dan kreativitas baru," ujarnya.

0 Please Share a Your Opinion.: