Selasa, 07 Oktober 2025

Bos BSI Buka Suara soal Rencana Spin-off dari BMRI, Singgung Pertumbuhan Anorganik

D'moneyTalk, JAKARTA — Sebagaimana diketahui, terdapat wacana spin off atau pemisahan usaha PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) dari induk PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) kepada Badan Pengelola Investasi Danantara.

Direktur Utama BSI Anggoro Eko Cahyo kembali buka suara terkait hal tersebut. Saat bertemu dengan Bisnis pada Rabu (24/9/2025), Anggoro menegaskan arah strategis sepenuhnya berada di genggaman Danantara.

“Bergantung nanti Danantara inginnya BSI mau seperti apa, Danantara juga selalu bilang ayo BSI nanti akan segera akan spin off itu kan call-nya semua di Danantara,” ujarnya.

Anggoro mengakui perjalanan BSI belumlah ringan. Seperti yang diketahui, stagnasi pangsa aset perbankan syariah masih belum menembus dua digit. Mendaki menuju 10% bukan sekadar mimpi satu malam. 

Dia menegaskan bahwa perseroan tidak bisa hanya mengandalkan pertumbuhan organik untuk mencapai target aset Rp1.000 triliun pada 2030. “Tetapi aksi-aksi yang organik itu memang ada di pipeline kita karena kalau kita 2030, mau jadi seribu triliun itu kan enggak bisa tumbuh secara organik ya,” tuturnya.

Menurut laporan keuangan BSI per semester I/2025, aset BSI tercatat Rp400,5 triliun, dengan target bisa mencapai Rp500 triliun pada tahun ini. Dia menyebut langkah pertumbuhan anorganik mutlak diperlukan, tetapi harus diawali dengan pembenahan internal dan transformasi organisasi agar lebih siap.

Lebih lanjut, Anggoro menekankan bahwa stabilitas teknologi informasi menjadi fondasi utama bagi pertumbuhan BSI. Dia menyebut penataan sistem TI akan menentukan kesiapan perusahaan memperluas bisnis secara anorganik. 

Menurutnya, BSI perlu menata transformasi internal dan menunggu momen pertumbuhan yang tepat sebelum melakukan ekspansi besar. “Begitu dia udah rapi, maka kita akan bisa mulai punya anak perusahaan atau grup-grup yang terkait dengan kita,” ujarnya.

Potensi pertumbuhan organik, kata Anggoro, masih terbuka lebar. Dia menjelaskan, segmen haji dan emas saat ini menjadi pendorong utama, dengan pertumbuhan yang dinilai masih bisa mencapai dua digit. Dari total 1,3 juta nasabah payroll, penetrasi tabungan hajinya baru sekitar 25%, sementara bisnis emas baru menyentuh 6% tetapi telah tumbuh 155% pada tahun lalu.

Dengan ruang pertumbuhan organik yang masih luas, langkah anorganik seperti spin off dinilai Anggoro belum mendesak. Dia menyebut pertumbuhan organik masih cukup besar untuk menopang ekspansi BSI.

“Kalau kami fokus di organik ini sampai tahun depan, nanti Danantara akan menentukan posisi BSI, apakah spin off atau tidak,” tegasnya. Hal ini dia ungkapkan seraya menambahkan bahwa keputusan arah pertumbuhan di tahun-tahun berikutnya baru akan ditentukan setelah itu.

Nasabah melakukan transaksi keuangan di kantor cabang BSI, Jakarta, Rabu (13/3/2024). Bisnis/Himawan L Nugraha

Meski demikian, Anggoro tak menampik keuntungan dari spin off. Dia menilai spin off berpotensi membuat BSI lebih gesit sebagai BUMN. “Pertama, lebih lincah, kedua, jika ada inisiatif, keputusan bisa diambil lebih cepat,” ujarnya lugas.

Anggoro menegaskan bahwa keputusan akhir tetap berada di tangan Danantara. Dia menyebut, dalam berbagai kesempatan Danantara telah menyampaikan hal tersebut. 

"Hubungan kami [BSI] dengan Bank Mandiri, BRI dan BNI baik, enggak ada hambatan juga kalau mau tumbuh. Jadi, sebenarnya kita enggak ada isu soal itu," ungkap Anggoro. 

Keharmonisan ini juga sejalan dengan ekspektasi Presiden Prabowo Subianto terhadap perbankan syariah. Anggoro menyinggung bahwa Prabowo kerap menekankan pentingnya memiliki bank syariah besar untuk mendukung ekosistem halal. Dorongan itu pula yang membuat BSI bersiap membuka cabang di Jeddah, Arab Saudi pada 2026, sebagai bagian dari penguatan ekosistem haji dan umrah.

"Izinnya sudah keluar, sudah kita urus dari dua tahun lalu. Nah, itu bagian kita untuk dorong ekosistem haji dan umrah,” ungkapnya.

Meski demikian, Anggoro mengakui pembahasan detail mengenai skema spin off maupun penyuntikan dana belum dilakukan secara mendalam. 

Dijelaskan, beberapa opsi memang sudah ada, tetapi BSI belum dilibatkan secara intens. Untuk saat ini, perusahaan memilih fokus pada penguatan kinerja sebelum terjun lebih jauh ke rencana strategis tersebut.

Pada akhirnya, Anggoro kembali menegaskan bahwa spin off bukan sekadar wacana singkat. Bagi BSI, langkah ini adalah keputusan besar yang menuntut kesabaran, ketelitian, dan kesiapan menyeluruh sebelum benar-benar diwujudkan.

0 Please Share a Your Opinion.: