Minggu, 12 Oktober 2025

Orang yang Memperbesar Masalah, Ini 8 Kepribadian Umumnya Mereka

Orang yang Memperbesar Masalah, Ini 8 Kepribadian Umumnya Mereka

Radar Info- Semua kita mengenal seseorang yang cenderung memperbesar hal-hal kecil menjadi masalah besar.

Tampaknya mereka memiliki kemampuan untuk mengubah situasi yang biasa menjadi drama yang sangat menarik.

Tetapi pernahkah Anda memikirkan mengapa mereka melakukan hal tersebut? Apa yang menjadi alasan di balik tindakan ini?

Apakah percaya atau tidak, penggemar drama ini sering kali menunjukkan beberapa sikap yang mirip satu sama lain.

Mengenali pola perilaku ini dapat mempermudah kita dalam memahami mereka secara lebih mendalam dan mungkin mengatasi masalah dengan cara yang lebih efisien.

Dikutip dari Geediting, berikut delapan sikap yang sering ditunjukkan oleh orang-orang yang cenderung memperbesar hal-hal kecil menjadi masalah. Percayalah, Anda mungkin mengenal beberapa di antaranya!

1. Tumbuh dengan Perhatian

Drama sering kali menjadi cara untuk memperoleh perhatian. Banyak orang yang terus-menerus mengubah hal-hal kecil menjadi tontonan biasanya menginginkan perhatian lebih.

Ini bukan hanya sekadar perhatian. Mereka secara khusus mencari respons, baik itu positif maupun negatif. Terasa seperti mereka menyerap energi emosional dari orang lain.

Bahkan, Anda akan menyadari bahwa individu-individu ini cenderung menghindari situasi di mana mereka tidak menjadi pusat perhatian.

Sepertinya mereka tidak dapat berjalan tanpa perhatian semua orang pada mereka.

Mengerti perilaku ini dapat memudahkan kita merespons secara lebih efisien.

Bandingkan dengan ikut campur dalam drama, kita bisa memutuskan untuk menghadapi situasi dengan tenang, sehingga mengurangi kemungkinan mereka menciptakan kekacauan yang tidak perlu.

Namun ingat, ini bukan tentang menekan mereka atau membuat mereka merasa tidak nyaman. Ini berkaitan dengan menghadapi situasi dramatis dengan cara yang tidak memicu keinginan mereka untuk mendapatkan perhatian.

2. Bakat Melebih-lebihkan

Kelebihan adalah sifat yang umum pada mereka yang menyukai drama. Mereka sering memperbesar hal-hal kecil, memperbesar masalah yang sepele, dan memperbesar masalah yang besar.

Dan meskipun tidak ada yang salah dengan hasrat untuk membuat sesuatu lebih menarik, keinginan untuk memperbesar-besarkan hal tersebut secara terus-menerus sering kali menyebabkan stres dan konflik yang tidak diperlukan.

Mengenali pola tingkah laku ini dapat memudahkan kita dalam menghadapi situasi dengan lebih efektif. Kita mampu memutuskan untuk tidak terjebak dalam pergulatan masalah dan tetap berpegang pada kenyataan.

3. Berperan Sebagai Korban

Berpura-pura menjadi korban merupakan tindakan yang sering dikaitkan dengan orang-orang yang menyukai drama.

Mereka sering menyebut diri mereka sebagai pihak yang menderita, meskipun dalam kondisi yang jelas menunjukkan bahwa mereka adalah dalangnya.

Studi dalam bidang psikologi mengungkapkan bahwa pola pikir korban ini sering kali berupa bentuk pengaruh yang disengaja.

Dengan berperan sebagai pihak yang tertindas, mereka berusaha memperoleh rasa belas kasihan dan mengendalikan orang lain agar mendukung mereka.

Ini tidak berarti mereka benar-benar tidak merasa sakit atau dirugikan. Intinya adalah memahami kapan perilaku ini berubah menjadi kebiasaan yang terulang.

Bahkan mengubah setiap situasi menjadi cerita dramatis di mana mereka selalu dianggap tidak bersalah.

Mengenali hal ini bisa membantu kita menghadapi situasi tersebut dengan lebih baik tanpa terjebak dalam pengaruh emosional mereka.

4. Berperang dengan Empati

Salah satu ciri yang sering dikaitkan dengan penggemar drama adalah kurangnya rasa empati.

Mereka kesulitan mengambil posisi orang lain dan memahami perasaan atau pandangan mereka.

Hal ini bisa memicu kondisi di mana mereka mengada-ada konflik tanpa memperhatikan dampaknya terhadap orang-orang di sekitar mereka.

Mereka sangat memperhatikan perasaan sendiri hingga melupakan dampak tindakan mereka terhadap orang lain.

Bukan berarti mereka tidak mampu merasakan empati, namun ketika sedang marah, perhatian mereka cenderung tertuju pada diri sendiri daripada pada orang lain.

Mengenali ciri-ciri ini dapat memudahkan kita dalam bersikap lebih sabar dan penuh pemahaman terhadap orang-orang tersebut.

Bahkan dengan menyadari bahwa reaksi dramatis mereka mungkin timbul dari usaha untuk memahami perasaan orang lain.

5. Memerankan Kontrol

Banyak orang yang cenderung memperbesar hal-hal kecil menjadi lebih dramatis biasanya memiliki keinginan kuat untuk merasa menguasai situasi.

Hasrat ini sering kali muncul dari perasaan tidak aman atau rasa takut, dan membuat drama merupakan salah satu cara mereka merasa mampu mengontrol situasi atau hubungan mereka.

Bayangkan terus-menerus berada di tengah lautan ketidakpastian yang ada di depan. Hal ini sangat menakutkan.

Maka, badai muncul, hanya karena lebih mudah menghadapi kekacauan yang dihasilkannya daripada ketidakpastian yang tidak bisa dikendalikan.

Mengerti hal ini bisa membantu kita mendekati mereka dengan kebaikan dan kasih. Ini bukan berarti mengizinkan drama terjadi.

Namun, mengenali rasa takut dan ketidakamanan yang mendasarinya. Dengan demikian, kita mungkin bisa membantu mereka menemukan metode yang lebih baik untuk menghadapi perasaan tidak aman mereka.

6. Penolakan Terhadap Solusi

Orang yang terus-menerus memperumit hal-hal kecil menjadi drama sering kali menunjukkan ketidaksetujuan terhadap penyelesaian.

Saat menghadapi solusi yang masuk akal untuk suatu masalah, mereka mungkin mengabaikannya atau mencari alasan mengapa solusi itu tidak akan berhasil.

Kita pasti pernah mengalami hal ini saat berinteraksi dengan seorang rekan kerja. Setiap kali terjadi masalah, dia selalu membuatnya menjadi heboh.

Namun, ketika diberikan kemungkinan solusi, ia mengabaikannya, bersikeras bahwa masalah tersebut tidak bisa diselesaikan.

Kecenderungan memperbesar masalah, bukan mengatasi, justru memperparah situasi. Seperti mereka malah terjebak dalam kekacauan, bukan mencari solusi.

Mengerti perilaku ini dapat memudahkan kita dalam menghadapi situasi tersebut secara lebih efisien, dengan menyadari bahwa memberikan solusi tidak selalu menjadi cara terbaik. Justru, terkadang hanya cukup untuk mendengarkan dan menunjukkan empati saja sudah lebih bermanfaat.

7. Bakat Sandiwara

Banyak penggemar drama memiliki kemampuan teatrikal yang baik. Mereka menyampaikan cerita dengan perasaan dan energi yang begitu kuat hingga sulit membedakan antara nyata dan imajinasi.

Perilaku yang dramatis ini dimaksudkan untuk menarik perhatian penonton, membuat kisah mereka lebih menarik, dan memperkuat daya tarik drama mereka.

Seperti mereka sedang berada di atas panggung, tampil di depan penonton yang tidak terlihat.

Sifat hal onj tidak selalu bersifat negatif. Kemampuan untuk menarik perhatian penonton ini bisa sangat efektif dalam situasi yang sesuai.

Namun, bila digunakan untuk memperburuk suasana atau memanipulasi orang lain, hal tersebut bisa menimbulkan ketegangan dan kebingungan yang tidak diperlukan.

8. Seolah Krisis Terus-Menerus

Mungkin ciri paling mencolok dari orang-orang yang memperbesar hal-hal kecil menjadi konflik adalah mereka seakan-akan terjebak dalam situasi krisis yang tidak pernah berakhir.

Selalu muncul masalah, isu, dan bencana yang menghiasi langit. Kondisi krisis yang terus-menerus ini bertujuan untuk menjadikan mereka pusat perhatian dan memberi mereka arah.

Namun, hal tersebut juga menghasilkan suasana yang penuh tekanan dan kacau bagi orang-orang di sekitar mereka.

Mengenali hal ini dapat menjadi kunci untuk menjaga kesehatan pikiran Anda ketika menghadapi seseorang yang senang berpura-pura.

Ini memungkinkan Anda menyadari bahwa krisis yang terus-menerus mereka alami bukanlah tanggung jawab Anda untuk mengatasinya.

Anda bisa memberikan dukungan dan rasa empati, namun pada akhirnya, Anda harus menjaga ketenangan dan kesejahteraan diri Anda sendiri.

5 Trik Jitu Bagi Seorang Pemalu dan Introvert Agar Cepat Mendapatkan Teman Baru di Kampus

5 Trik Jitu Bagi Seorang Pemalu dan Introvert Agar Cepat Mendapatkan Teman Baru di Kampus

D'moneyTalk Memasuki kehidupan kampus adalah momen yang menyenangkan sekaligus menantang, terutama bagi mereka yang pemalu atau introvert.

Menemukan teman baru di kampus bukan hanya soal kebetulan, tapi juga membutuhkan strategi dan keberanian untuk memulai interaksi.

Bagi banyak mahasiswa yang lebih pendiam, rasa canggung atau takut ditolak sering kali menjadi penghalang utama.

Anda mungkin akan bertemu banyak teman sekelas dan rekan sesama mahasiswa saat memasuki perguruan tinggi, tetapi ikatan persahabatan yang sejati hanya bisa terbentuk ketika Anda terhubung secara personal.

Setiap orang berasal dari latar belakang yang berbeda, dan mereka memiliki definisi persahabatan yang berbeda pula.

Dilansir dari laman stylecraze.com, berdasarkan survei terhadap 1.000 peserta, dalam konteks bertemu seseorang secara satu lawan satu, 50% percaya bahwa ekstrovert memiliki lebih banyak keuntungan, sementara 14% berpikir introvert yang lebih diuntungkan.

Demikian pula, ketika bertemu dengan kelompok baru, 69% berpendapat bahwa ekstrovert memiliki lebih banyak keuntungan, dengan hanya 8% yang mengaitkan keuntungan tersebut pada introvert.

Namun, jangan khawatir, dengan beberapa trik jitu, siapa pun bisa belajar cara membangun pertemanan baru dengan mudah dan nyaman.

Cara Mendapatkan Teman di Kampus Bagi Seorang Pemalu dan Introvert

Menurut laman spunout.ie, berikut adalah lima tips terbaik bagi seorang pemalu dan introvert agar cepat mendapatkan teman baru di lingkungan kampus.

  1. Terhubung dengan Teman Sekelas Secara Daring

Di awal semester, banyak kelas membentuk grup di media sosial sebagai sarana berkomunikasi antar mahasiswa.

Grup ini memudahkan mahasiswa untuk saling mengenal sebelum perkuliahan dimulai dan membangun jaringan sosial yang lebih luas di kampus.

  1. Mengikuti Kegiatan Malam Hari

Kegiatan kampus di malam hari, seperti seminar atau workshop, memberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan teman sekelas di luar ruang kuliah atau laboratorium.

Aktivitas semacam ini membantu mahasiswa mengenal satu sama lain dalam suasana santai dan mendukung pengembangan hubungan sosial yang positif.

  1. Bergabung dengan Klub dan Organisasi

Klub dan organisasi kampus merupakan sarana efektif untuk memperluas jaringan pertemanan. Mahasiswa dapat bergabung sesuai minat, seperti jurnalistik, seni, atau komunitas gaya hidup.

Keterlibatan dalam organisasi ini tidak hanya meningkatkan rasa keterhubungan di kampus, tetapi juga mempertemukan mahasiswa dengan individu yang memiliki minat serupa.

  1. Memanfaatkan waktu luang di kampus

Waktu senggang antara perkuliahan dapat dimanfaatkan untuk bersosialisasi, misalnya dengan mengobrol di kafe kampus atau berjalan-jalan di area kampus.

Aktivitas sederhana ini membantu mahasiswa membangun hubungan dengan teman sekelas dan meningkatkan kenyamanan dalam berinteraksi.

  1. Bersikap ramah dan terbuka

Sikap ramah dan keterbukaan dalam berinteraksi menjadi langkah awal yang efektif untuk memulai pertemanan.

Senyum, salam, atau percakapan ringan dapat membantu membuka komunikasi dan membangun hubungan yang lebih mendalam secara bertahap.

Membangun pertemanan di kampus memang membutuhkan waktu dan usaha, terutama bagi mahasiswa yang pemalu atau introvert.

Dengan memanfaatkan sarana daring, mengikuti kegiatan kampus, bergabung dengan klub atau organisasi, serta bersikap ramah dan terbuka, proses ini dapat menjadi lebih mudah dan menyenangkan.

Kunci utamanya adalah konsistensi dan keberanian untuk memulai interaksi, sehingga hubungan sosial yang positif dapat terjalin secara alami dan bertahan lama selama masa studi.

Jumat, 10 Oktober 2025

Sampah dari 3 Kecamatan di Banyumas Menumpuk,Operasional TPST Sumpiuh Terganggu Atap Bocor

Sampah dari 3 Kecamatan di Banyumas Menumpuk,Operasional TPST Sumpiuh Terganggu Atap Bocor
Sampah dari 3 Kecamatan di Banyumas Menumpuk,Operasional TPST Sumpiuh Terganggu Atap Bocor

D'moneyTalk, BANYUMAS - Langkah Aris Widarto (54) sedikit berat kala kembali memasuki hanggar utama Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Sumpiuh, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Di hadapannya, tumpukan sampah sisa Lebaran masih menggunung, belum sempat tersentuh. 

Bau menyengat semakin menyiksa seusai hujan turun.

Air hujan membasahi sampah yang terkumpul di hanggar sehingga mempercepat proses pembusukan.

Hal ini terjadi lantaran atap hanggar mengalami kerusakan parah, berlubang di sepanjang tengah atap.

Akibatnya, air hujan langsung masuk ke dalam hanggar tempat sampah yang akan diproses dikumpulkan.

"Kalau hujan, air masuk semua. Sampah jadi lembek dan makin bau," kata Aris yang juga Ketua TPST Sumpiuh sekaligus pemimpin Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Sumpiuh, saat ditemui di lokasi, Selasa (26/8/2025).

TPST yang terletak di Jalan Karet, Kelurahan Kradenan, Kecamatan Sumpiuh, ini menjadi nafas utama pengelolaan sampah untuk tiga kecamatan di wilayah timur Banyumas: Sumpiuh, Tambak, dan Kemranjen. 

Rata-rata, sampah yang masuk mencapai 30 hingga 35 meter kubik per hari. 

Namun, kapasitas pengolahan sampah di tempat ini hanya sekitar 25 meter kubik.

Itu  pun jika mesin bekerja dalam kondisi maksimal atau tanpa kendala.

"Kadang, kalau mesin rusak, ya kita break. Tidak bisa semua diolah. Jadi menumpuk," ungkap Aris.

Ganggu Budidaya Maggot

Di dalam area TPST seluas hampir setengah hektare itu, sebenarnya telah tersedia berbagai fasilitas penunjang seperti mesin pencacah plastik, mesin pembuat pelet, kolam budidaya lele, hingga kandang maggot. 

Namun, semua tak berjalan maksimal karena atap hanggar yang rusak berat sejak lebih dari setahun terakhir.

Proyek budidaya maggot akhirnya vakum selama lebih dari satu tahun karena kendala tersebut. 

Padahal, maggot tak hanya menjadi solusi sampah organik tetapi juga potensi sumber pakan mandiri untuk ternak.

"Kalau atap sudah diperbaiki, kami akan mulai lagi. Kalau stok maggot sudah banyak, kita bisa buat pelet."

"Harapannya, dari pelet ini bisa menopang budidaya lele, ayam petelur, dan bebek," kata Aris.

Sebagian besar inisiatif itu didukung bantuan pemerintah dan CSR dari berbagai pihak, termasuk pelatihan budidaya maggot dan studi banding ke TPST Kedungrandu. 

Namun, lagi-lagi, keterbatasan infrastruktur menjadi kendala utama.

Di tengah situasi yang serba terbatas itu, sebanyak 33 orang pekerja masih bertahan. 

Terdiri dari 26 laki-laki dan 7 perempuan, mayoritas dari mereka adalah warga sekitar. 

Para pekerja perempuan, sebagian besar ibu rumah tangga, hanya digaji Rp1,1 juta per bulan. 

Pekerja laki-laki, menerima Rp1,4 juta.

"Rencananya, nanti dinaikkan. Perempuan jadi Rp1,3 juta, laki-laki Rp1,6 juta."

"Harapan kami sih, ke depan, bisa sesuai UMK," ujar Aris.

Untuk mengatakan, kelangsungan operasional TPST Sumpiuh bergantung pada sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta. 

Namun, hingga kini, perbaikan atap hanggar masih menjadi pekerjaan rumah terbesar. 

Informasi terakhir yang diterimanya, anggaran perbaikan hanggar akan dimasukkan dalam perubahan APBD tahun ini.

"Kami sangat menunggu. Kalau atap selesai, semuanya bisa jalan lagi. Maggot, pelet, lele, dan rencana ternak lain bisa dikembangkan," ucapnya.

Terdampak Efisiensi Anggaran

Sementara itu Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Banyumas, Widodo Sugiri memgatakan, perbaikan hanggar TPST Sumpiuh baru dilakukan sebagian. 

"Kemarin, baru sebagian yang diperbaiki, semoga di anggaran perubahan ini bisa kami selesaikan secara keseluruhan."

"(Kebutuhan dana) cukup besar, dana kurang lebih Rp500 juta dan efisiensi, sangat mempengaruhi," jelasnya.

Di wilayah timur Kabupaten Banyumas, TPST Sumpiuh adalah satu-satunya pengolah sampah terpadu yang aktif. 

Perannya krusial sebagai penggerak utama sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

Namun, tanpa dukungan serius terhadap infrastruktur dasar seperti atap hanggar, sistem yang ada bisa stagnan bahkan lumpuh. 

"Kalau pemerintah ingin mengurangi beban TPA maka kami harus dibantu dari hulu."

"Mulai dari armada, mesin, dan tentu saja atap hanggar. Itu yang paling mendesak sekarang," kata Aris. (*)