
Radar Info- Semua kita mengenal seseorang yang cenderung memperbesar hal-hal kecil menjadi masalah besar.
Tampaknya mereka memiliki kemampuan untuk mengubah situasi yang biasa menjadi drama yang sangat menarik.
Tetapi pernahkah Anda memikirkan mengapa mereka melakukan hal tersebut? Apa yang menjadi alasan di balik tindakan ini?
Apakah percaya atau tidak, penggemar drama ini sering kali menunjukkan beberapa sikap yang mirip satu sama lain.
Mengenali pola perilaku ini dapat mempermudah kita dalam memahami mereka secara lebih mendalam dan mungkin mengatasi masalah dengan cara yang lebih efisien.
Dikutip dari Geediting, berikut delapan sikap yang sering ditunjukkan oleh orang-orang yang cenderung memperbesar hal-hal kecil menjadi masalah. Percayalah, Anda mungkin mengenal beberapa di antaranya!
1. Tumbuh dengan Perhatian
Drama sering kali menjadi cara untuk memperoleh perhatian. Banyak orang yang terus-menerus mengubah hal-hal kecil menjadi tontonan biasanya menginginkan perhatian lebih.
Ini bukan hanya sekadar perhatian. Mereka secara khusus mencari respons, baik itu positif maupun negatif. Terasa seperti mereka menyerap energi emosional dari orang lain.
Bahkan, Anda akan menyadari bahwa individu-individu ini cenderung menghindari situasi di mana mereka tidak menjadi pusat perhatian.
Sepertinya mereka tidak dapat berjalan tanpa perhatian semua orang pada mereka.
Mengerti perilaku ini dapat memudahkan kita merespons secara lebih efisien.
Bandingkan dengan ikut campur dalam drama, kita bisa memutuskan untuk menghadapi situasi dengan tenang, sehingga mengurangi kemungkinan mereka menciptakan kekacauan yang tidak perlu.
Namun ingat, ini bukan tentang menekan mereka atau membuat mereka merasa tidak nyaman. Ini berkaitan dengan menghadapi situasi dramatis dengan cara yang tidak memicu keinginan mereka untuk mendapatkan perhatian.
2. Bakat Melebih-lebihkan
Kelebihan adalah sifat yang umum pada mereka yang menyukai drama. Mereka sering memperbesar hal-hal kecil, memperbesar masalah yang sepele, dan memperbesar masalah yang besar.
Dan meskipun tidak ada yang salah dengan hasrat untuk membuat sesuatu lebih menarik, keinginan untuk memperbesar-besarkan hal tersebut secara terus-menerus sering kali menyebabkan stres dan konflik yang tidak diperlukan.
Mengenali pola tingkah laku ini dapat memudahkan kita dalam menghadapi situasi dengan lebih efektif. Kita mampu memutuskan untuk tidak terjebak dalam pergulatan masalah dan tetap berpegang pada kenyataan.
3. Berperan Sebagai Korban
Berpura-pura menjadi korban merupakan tindakan yang sering dikaitkan dengan orang-orang yang menyukai drama.
Mereka sering menyebut diri mereka sebagai pihak yang menderita, meskipun dalam kondisi yang jelas menunjukkan bahwa mereka adalah dalangnya.
Studi dalam bidang psikologi mengungkapkan bahwa pola pikir korban ini sering kali berupa bentuk pengaruh yang disengaja.
Dengan berperan sebagai pihak yang tertindas, mereka berusaha memperoleh rasa belas kasihan dan mengendalikan orang lain agar mendukung mereka.
Ini tidak berarti mereka benar-benar tidak merasa sakit atau dirugikan. Intinya adalah memahami kapan perilaku ini berubah menjadi kebiasaan yang terulang.
Bahkan mengubah setiap situasi menjadi cerita dramatis di mana mereka selalu dianggap tidak bersalah.
Mengenali hal ini bisa membantu kita menghadapi situasi tersebut dengan lebih baik tanpa terjebak dalam pengaruh emosional mereka.
4. Berperang dengan Empati
Salah satu ciri yang sering dikaitkan dengan penggemar drama adalah kurangnya rasa empati.
Mereka kesulitan mengambil posisi orang lain dan memahami perasaan atau pandangan mereka.
Hal ini bisa memicu kondisi di mana mereka mengada-ada konflik tanpa memperhatikan dampaknya terhadap orang-orang di sekitar mereka.
Mereka sangat memperhatikan perasaan sendiri hingga melupakan dampak tindakan mereka terhadap orang lain.
Bukan berarti mereka tidak mampu merasakan empati, namun ketika sedang marah, perhatian mereka cenderung tertuju pada diri sendiri daripada pada orang lain.
Mengenali ciri-ciri ini dapat memudahkan kita dalam bersikap lebih sabar dan penuh pemahaman terhadap orang-orang tersebut.
Bahkan dengan menyadari bahwa reaksi dramatis mereka mungkin timbul dari usaha untuk memahami perasaan orang lain.
5. Memerankan Kontrol
Banyak orang yang cenderung memperbesar hal-hal kecil menjadi lebih dramatis biasanya memiliki keinginan kuat untuk merasa menguasai situasi.
Hasrat ini sering kali muncul dari perasaan tidak aman atau rasa takut, dan membuat drama merupakan salah satu cara mereka merasa mampu mengontrol situasi atau hubungan mereka.
Bayangkan terus-menerus berada di tengah lautan ketidakpastian yang ada di depan. Hal ini sangat menakutkan.
Maka, badai muncul, hanya karena lebih mudah menghadapi kekacauan yang dihasilkannya daripada ketidakpastian yang tidak bisa dikendalikan.
Mengerti hal ini bisa membantu kita mendekati mereka dengan kebaikan dan kasih. Ini bukan berarti mengizinkan drama terjadi.
Namun, mengenali rasa takut dan ketidakamanan yang mendasarinya. Dengan demikian, kita mungkin bisa membantu mereka menemukan metode yang lebih baik untuk menghadapi perasaan tidak aman mereka.
6. Penolakan Terhadap Solusi
Orang yang terus-menerus memperumit hal-hal kecil menjadi drama sering kali menunjukkan ketidaksetujuan terhadap penyelesaian.
Saat menghadapi solusi yang masuk akal untuk suatu masalah, mereka mungkin mengabaikannya atau mencari alasan mengapa solusi itu tidak akan berhasil.
Kita pasti pernah mengalami hal ini saat berinteraksi dengan seorang rekan kerja. Setiap kali terjadi masalah, dia selalu membuatnya menjadi heboh.
Namun, ketika diberikan kemungkinan solusi, ia mengabaikannya, bersikeras bahwa masalah tersebut tidak bisa diselesaikan.
Kecenderungan memperbesar masalah, bukan mengatasi, justru memperparah situasi. Seperti mereka malah terjebak dalam kekacauan, bukan mencari solusi.
Mengerti perilaku ini dapat memudahkan kita dalam menghadapi situasi tersebut secara lebih efisien, dengan menyadari bahwa memberikan solusi tidak selalu menjadi cara terbaik. Justru, terkadang hanya cukup untuk mendengarkan dan menunjukkan empati saja sudah lebih bermanfaat.
7. Bakat Sandiwara
Banyak penggemar drama memiliki kemampuan teatrikal yang baik. Mereka menyampaikan cerita dengan perasaan dan energi yang begitu kuat hingga sulit membedakan antara nyata dan imajinasi.
Perilaku yang dramatis ini dimaksudkan untuk menarik perhatian penonton, membuat kisah mereka lebih menarik, dan memperkuat daya tarik drama mereka.
Seperti mereka sedang berada di atas panggung, tampil di depan penonton yang tidak terlihat.
Sifat hal onj tidak selalu bersifat negatif. Kemampuan untuk menarik perhatian penonton ini bisa sangat efektif dalam situasi yang sesuai.
Namun, bila digunakan untuk memperburuk suasana atau memanipulasi orang lain, hal tersebut bisa menimbulkan ketegangan dan kebingungan yang tidak diperlukan.
8. Seolah Krisis Terus-Menerus
Mungkin ciri paling mencolok dari orang-orang yang memperbesar hal-hal kecil menjadi konflik adalah mereka seakan-akan terjebak dalam situasi krisis yang tidak pernah berakhir.
Selalu muncul masalah, isu, dan bencana yang menghiasi langit. Kondisi krisis yang terus-menerus ini bertujuan untuk menjadikan mereka pusat perhatian dan memberi mereka arah.
Namun, hal tersebut juga menghasilkan suasana yang penuh tekanan dan kacau bagi orang-orang di sekitar mereka.
Mengenali hal ini dapat menjadi kunci untuk menjaga kesehatan pikiran Anda ketika menghadapi seseorang yang senang berpura-pura.
Ini memungkinkan Anda menyadari bahwa krisis yang terus-menerus mereka alami bukanlah tanggung jawab Anda untuk mengatasinya.
Anda bisa memberikan dukungan dan rasa empati, namun pada akhirnya, Anda harus menjaga ketenangan dan kesejahteraan diri Anda sendiri.
0 Please Share a Your Opinion.: