Rabu, 01 Oktober 2025

Era Wisata Kecantikan Medis di Bali, Nikmati K-Beauty di NuLook Clinic Tanpa Ke Korea

Era Wisata Kecantikan Medis di Bali, Nikmati K-Beauty di NuLook Clinic Tanpa Ke Korea
Featured Image

NuLook Clinic Menjadi Pusat Wisata Medis K-Beauty di Bali

CGBIO, sebuah perusahaan yang fokus pada pengobatan bioregeneratif, akan menggelar acara “Meet the Masters in Bali” yang ketiga pada Oktober 2025 mendatang. Acara ini menjadi momen penting dalam memperkuat posisi NuLook Clinic sebagai pusat wisata medis K-Beauty di Indonesia.

NuLook Clinic berlokasi di kawasan Legian, Bali, dan menawarkan layanan estetika medis dengan fasilitas serta teknologi setara dengan rumah sakit di Korea Selatan. Hal ini memungkinkan pengunjung untuk merasakan pengalaman K-Beauty tanpa harus melakukan perjalanan ke negara tersebut.

Layanan Estetika Medis yang Komprehensif

Klinik ini menyediakan berbagai layanan seperti perawatan hiperpigmentasi, skin booster, prosedur toksin botulinum dan filler, liposuction, pembentukan tubuh, serta perawatan anti-penuaan berbasis sel punca. Semua layanan ini menggunakan produk unggulan dari CGBIO dan Daewoong, termasuk:

  • Filler asam hialuronat (HA) DCLASSY HA
  • Skin booster DCLASSY CaHA (akan diluncurkan)
  • Benang pengencang wajah Dooth dan LUXX
  • Platform terapi sel otomatis Cellunit
  • Injeksi pelarut lemak V-OLET
  • Toksin botulinum milik Daewoong, yang merupakan toksin pertama di Asia yang mendapatkan persetujuan U.S. FDA

Dengan kombinasi produk-produk ini, NuLook Clinic mampu memberikan layanan berkualitas setara dengan standar Korea Selatan bagi pasien domestik maupun internasional.

Peran Sebagai Pusat Pelatihan Medis Global

Selain fokus pada layanan pasien, NuLook Clinic juga menjadi pusat pelatihan bagi tenaga medis global. Dokter dari Korea Selatan rutin menyelenggarakan webinar dan pelatihan di klinik ini untuk berbagi teknik estetika medis terkini. Sementara itu, dokter lokal memiliki kesempatan untuk belajar secara langsung (hands-on) guna meningkatkan keterampilan mereka.

Para dokter Indonesia yang telah menyelesaikan program pelatihan “Meet the Masters” CGBIO di Korea Selatan turut berkontribusi dalam layanan pasien dan pembedahan, sekaligus menjadi mentor bagi sesama rekan dokter. Hal ini membantu meningkatkan tingkat keahlian komunitas medis Indonesia secara keseluruhan.

“Meet the Masters in Bali” yang Akan Datang

Gelaran “Meet the Masters in Bali” yang ketiga diharapkan dapat meningkatkan reputasi NuLook Clinic. Lebih dari 100 profesional estetika medis dari lebih dari 20 negara akan hadir dalam acara ini. Teknik perawatan terbaru seperti filler, toksin botulinum, dan prosedur regeneratif berbasis sel punca akan dibagikan.

Program acara mencakup presentasi materi, demonstrasi langsung, dan tur klinik. Tujuan utamanya adalah untuk menjadikan Bali sebagai hub global bagi K-Beauty, bukan hanya sekadar ajang pertukaran akademik.

Visi CGBIO dan NuLook Clinic

Hyun Seung Yu, CEO CGBIO, menyatakan bahwa Bali adalah destinasi wisata kelas dunia yang dikunjungi jutaan wisatawan setiap tahun. Keberadaan NuLook Clinic membuat Bali menjadi kota wisata medis baru yang menggabungkan rekreasi dan layanan kesehatan.

Bagi pasien lokal, mereka bisa merasakan prosedur standar Korea Selatan dengan biaya yang terjangkau. Sementara itu, wisatawan internasional dapat menikmati layanan K-Beauty berkualitas tinggi saat berlibur. Tujuan jangka panjang NuLook Clinic adalah menjadikan Bali sebagai pusat global kedokteran estetika, sekaligus mengembangkan kota ini menjadi hub utama wisata medis Asia.

Jumat, 26 September 2025

Keracunan Massal MBG, BGN Libatkan Ahli Kimia dan Farmasi dalam Tim Investigasi

Keracunan Massal MBG, BGN Libatkan Ahli Kimia dan Farmasi dalam Tim Investigasi
Keracunan Massal MBG, BGN Libatkan Ahli Kimia dan Farmasi dalam Tim Investigasi

KABAR BANDUNG - Badan Gizi Nasional (BGN) mengambil langkah cepat dengan membentuk tim investigasi khusus yang terdiri dari ahli kimia, ahli farmasi, hingga tenaga kesehatan. Tim ini dibentuk untuk mempercepat penanganan kasus keracunan yang diduga berasal dari Program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Wakil Kepala BGN, Nanik S. Deyang, menjelaskan dalam konferensi pers di Jakarta, Senin, 22 September 2025, bahwa pembentukan tim tersebut menjadi opsi kedua. Hal ini mengingat BGN tidak dapat langsung memberikan kesimpulan sebelum hasil resmi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) keluar.

“Jadi kami membentuk tim investigasi ini sebagai second opinion. Sebelum hasil dari BPOM keluar, kami sudah bisa mengira-ngira apa yang menjadi penyebab anak-anak ini sakit, apakah betul karena keracunan, alergi, atau hal-hal lain,” katanya.

Menurut Nanik, proses investigasi BPOM biasanya membutuhkan waktu lebih cepat di kota besar, seperti Jakarta, yakni sekitar empat hari hingga satu minggu. Namun, di daerah, investigasi bisa memakan waktu lebih lama karena tim harus berpindah lokasi untuk melakukan pemeriksaan lebih mendalam.

Ia menambahkan, di daerah kasus keracunan serupa bisa membutuhkan hingga 14 hari untuk mendapatkan hasil. Kondisi ini berpotensi menimbulkan simpang siur informasi, sehingga keberadaan tim investigasi internal BGN diharapkan dapat memberikan temuan sementara sebelum hasil resmi BPOM diterbitkan.

“Itu butuh waktu kira-kira 14 hari paling cepat, sedangkan selama waktu itu tentu kan kemudian simpang siur informasi. Nah, tim investigasi nanti akan kami bentuk terdiri dari ahli kimia, farmasi dan juga teman-teman yang mempunyai profesi di bidang kesehatan, jadi ini untuk mempercepat temuan kira-kira sambil menunggu hasil BPOM,” paparnya.

Nanik menegaskan, tujuan utama pembentukan tim adalah agar pemerintah bersama pihak terkait bisa segera mengambil langkah korektif. Hal ini mencakup perbaikan di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) maupun pengobatan terhadap pasien yang memerlukan perawatan lanjutan.

“Insyaallah tim investigasi dalam minggu ini kita akan buat dan segera akan turun, jadi kami akan bekerja mulai dari melihat bagaimana proses memasaknya, bagaimana bahan bakunya. Lalu, setiap hari itu kan ada sampel makanan sebelum dibagi, selain dibagi ke anak-anak itu setiap hari ada sampel yang disimpan selama dua hari di lemari pendingin, nah kami akan cek juga ke situ,” ujar dia.

Lebih lanjut, Nanik menekankan bahwa pembentukan tim investigasi juga menjadi bukti komitmen BGN dalam menangani kasus-kasus keracunan dengan serius. Langkah ini diharapkan mampu memberikan kejelasan kepada masyarakat dan sekaligus menjadi evaluasi menyeluruh terhadap penyelenggaraan program MBG.

“Sebetulnya beberapa kasus itu masih diduga keracunan karena ada banyak faktor-faktornya, apakah karena bahan makanan, prosesnya atau mungkin setiap anak juga dalam posisi lagi tidak enak badan dan lain-lain, ini yang perlu kami dalami supaya tidak menjadi isu yang liar,” ucap Nanik.

Sementara itu, Kepala BGN, Dadan Hindayana, menyoroti dua risiko besar dalam pelaksanaan program MBG. Risiko pertama adalah penyalahgunaan anggaran, sedangkan risiko kedua adalah gangguan pencernaan pada penerima manfaat. Menurutnya, risiko kedua lebih berbahaya dan membutuhkan perhatian lebih serius.

“Kalau saya ditanya lebih takut yang mana, saya terus terang lebih takut yang kedua dibandingkan yang pertama karena yang pertama kita semua buat sistem yang sedemikian rupa, sehingga penyalahgunaan anggaran sangat kecil terjadi, tetapi kalau yang kedua ini memang rantainya cukup panjang, mulai dari rantai pasok, persiapan mitra, kemudian prosesnya, waktu pengiriman, banyak hal-hal teknis yang terjadi,” ujar Dadan.

Dengan adanya tim investigasi, BGN berharap dapat mengidentifikasi masalah sejak dini dan memberikan rekomendasi yang relevan. Hal ini sekaligus untuk memperkuat kualitas penyelenggaraan program MBG agar tetap aman dan bermanfaat bagi siswa di seluruh Indonesia.

Selain itu, langkah ini juga menjadi bentuk transparansi BGN dalam menjaga kepercayaan publik. BGN menegaskan bahwa setiap insiden akan ditangani secara serius agar program MBG tetap berjalan sesuai tujuan utamanya, yakni meningkatkan gizi anak-anak sekolah.***