
DIET karnivoramenekankan penggunaan hanya produk hewani dan hampir menghilangkan semua sumber tumbuhan. Meskipun beberapa orang merasakan manfaat seperti penurunan berat badan atau peningkatan energi, pola makan ini juga memiliki risiko kesehatan yang harus diperhatikan. Memahami dampaknya penting sebelum memutuskan untuk menerapkan diet karnivora agar kesehatan tetap terjaga.
Dilansir dari British Health Foundation, Harvard Health Publishing, dan Cleveland Clinic, berikut beberapa bahaya kesehatandiet karnivora:
1. Peningkatan kadar kolesterol dan tekanan darah
Konsumsi lemak jenuh yang tinggi dari daging merah dan produk hewani dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol buruk (non-HDL). Daging olahan yang mengandung banyak garam juga berisiko meningkatkan tekanan darah, dengan keduanya berkontribusi pada risiko penyakit jantung, serangan jantung, dan stroke.
2. Beban pada Ginjal
Konsumsi daging berlebihan mengakibatkan asupan protein yang sangat tinggi. Pola makan dengan kadar protein yang tinggi dapat memberatkan fungsi ginjal karena organ ini harus bekerja lebih keras untuk menangani limbah hasil metabolisme protein. Kondisi ini berpotensi mengurangi kemampuan ginjal jika terjadi secara terus-menerus dalam jangka waktu lama.
3. Kekurangan Nutrisi Penting
Diet berbasis daging hampir tidak mengandung buah, sayuran, atau serat. Kekurangan serat bisa memengaruhi sistem pencernaan, menyebabkan sembelit, dan meningkatkan kadar kolesterol jahat, serta berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan gangguan pada pembuluh darah.
4. Bahaya Gangguan Kesehatan Jangka Panjang
Diit karnivora bisa meningkatkan risiko terkena batu ginjal, asam urat, dan osteoporosis karena konsumsi protein yang sangat tinggi. Beban protein berlebihan juga dapat mengurangi kemampuan fungsi ginjal seiring berjalannya waktu.
5. Kandungan karbohidrat yang sangat rendah
Sebagai pola makan yang sangat ketogenik, diet karnivora hampir tidak mengandung karbohidrat sama sekali. Hal ini berbeda dengan diet keto biasa yang menargetkan 70–75 persen kalori berasal dari lemak, 20 persen dari protein, dan maksimal 10 persen dari karbohidrat. Pada diet karnivora, kadar lemak tidak ditentukan secara pasti dan tergantung pada jenis serta jumlah daging, ikan, unggas, serta produk susu yang dikonsumsi.
6. Risiko Penyakit Jantung
Diet karnivora yang kaya akan lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol buruk (LDL), yang berdampak pada peningkatan risiko penyakit jantung. American Heart Association menyarankan untuk membatasi penggunaan daging merah agar menjaga kesehatan jantung. Kandungan lemak jenuh yang tinggi juga bisa menyebabkan peradangan di pembuluh darah dan memperparah kondisi kesehatan jantung. Konsumsi daging merah secara berlebihan dapat mempercepat pembentukan plak di arteri, serta meningkatkan kemungkinan serangan jantung atau stroke.
7. Risiko Kanker
Konsumsi daging merah dalam jumlah besar dikaitkan dengan peningkatan kemungkinan terkena kanker kolorektal, termasuk kanker usus besar dan rektum, serta beberapa jenis kanker lainnya. Proses pengolahan daging seperti pengasapan atau pengawetan bisa menambahkan senyawa yang bersifat karsinogenik. Pola makan rendah serat, seperti pada diet karnivora, juga dapat meningkatkan risiko kanker usus karena proses pencernaan menjadi lebih lambat dan racun menumpuk lebih lama di saluran pencernaan.
8. Masalah Pencernaan
Daging memerlukan waktu lebih lama untuk dicerna, dan kurangnya serat dalam pola makan karnivora dapat menyebabkan sembelit serta masalah pencernaan lainnya. Kekurangan serat juga bisa mengganggu keseimbangan bakteri baik di dalam usus, yang berdampak pada keseluruhan sistem pencernaan. Masalah ini dapat menyebabkan perut kembung, nyeri, serta ketidaknyamanan sehari-hari jika pola makan ini dilakukan dalam jangka panjang.
9. Kram Otot
Kekurangan nutrisiPentingnya dalam diet karnivora bisa menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit yang memicu kram otot, pusing, kelelahan, dan rasa lemah secara keseluruhan. Selain itu, kurangnya vitamin dan mineral dari sayuran serta buah-buahan dapat memperparah kondisi tersebut. Ketidakseimbangan elektrolit juga berdampak pada fungsi jantung dan meningkatkan risiko kelelahan jangka panjang serta penurunan kemampuan fisik.
0 Please Share a Your Opinion.: