
KABAR BANJAR- Teknologi AI semakin hari semakin membuat kita terkesima. Dulu kita hanya bisa melihat karya seni klasik seperti Mona Lisa atau lukisan-lukisan Van Gogh di museum, sekarang AI mampu membuat tokoh-tokoh dalam lukisan tersebut terlihat hidup di dunia nyata.
Terbayang nggak, Mona Lisa yang biasanya hanya tersenyum misterius di balik kaca Louvre, tiba-tiba sedang berjalan bersama Vincent van Gogh di taman kota? Nah, hal ini bukan lagi sekadar khayalan, karena teknologi AI image generation dan animasi sudah membuat ide gila ini terlihat nyata.
Dari Kanvas Hingga Dunia Digital
Selama berabad-abad, karya seni klasik dianggap sebagai karya yang statis dan hanya bisa dinikmati melalui galeri atau buku-buku sejarah seni. Namun dengan kemajuan model AI generatif, tokoh-tokoh dalam lukisan kini dapat dihidupkan dengan ekspresi wajah yang detail, gerakan tubuh yang alami, serta interaksi yang mirip dengan manusia asli.
Sebagai contoh, AI mampu mengubah potret Mona Lisa menjadi versi 3D yang tersenyum lebih lebar, melambaikan tangan, atau bahkan berbicara dengan tokoh lain. Demikian pula dengan Van Gogh, pelukis legendaris tersebut, bisa divisualisasikan kembali seolah hadir di dunia modern dengan gaya khasnya.
Mona Lisa dan Van Gogh Berjalan-Jalan
Salah satu gagasan yang paling menarik adalah membayangkan Mona Lisa dan Van Gogh berjalan bersama. Dengan bantuan teknologi AI, adegan ini dapat ditampilkan secara visual: Mona Lisa mengenakan gaun klasik yang anggun, sedangkan Van Gogh dengan jas sederhana dan topi ikoniknya, keduanya terlihat melangkah di jalanan modern sambil berbincang santai.
Bayangan bukan sekadar hiburan, tetapi juga metode kreatif untuk menghadirkan seni klasik kepada generasi saat ini. Pemuda yang sebelumnya merasa lukisan lama itu "membosankan" kini mungkin tertarik setelah melihatnya dalam situasi yang lebih dinamis dan relevan.
Teknologi di Baliknya
AI yang digunakan untuk menghasilkan efek ini umumnya menggabungkan berbagai teknologi:
Pembuatan gambar menggunakan kecerdasan buatan: menghasilkan visual baru dengan gaya tertentu, seperti gaya lukisan tradisional.
Deepfake dan Perekaman Gerakan: membuat ekspresi wajah karakter dalam gambar dapat bergerak secara realistis.
AR dan VR: membawa tokoh klasik langsung ke dunia nyata melalui perangkat AR atau simulasi VR.
Hasilnya? Karya seni klasik yang sebelumnya diam dan tidak bergerak, kini menjadi hidup, bergerak, bahkan dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Seni Klasik Menjadi Lebih Dekat
Tidak hanya sekadar alat peraga, teknologi ini juga memiliki sisi pendidikan. Bayangkan kamu sedang belajar sejarah seni, lalu bisa berbicara langsung dengan tokoh dalam lukisan atau sang pelukis itu sendiri. Pengalaman belajar akan lebih bermakna dan sulit dilupakan.
Selain itu, teknologi ini juga mampu membuat museum menjadi lebih menarik. Bukan hanya sekadar melihat lukisan yang tergantung, pengunjung dapat menggunakan perangkat AR untuk melihat Mona Lisa keluar dari kerangka dan menyapa mereka. Menyenangkan, bukan?
Ada Pro dan Kontra
Tentu saja, tidak semua orang sepakat dengan gagasan ini. Sebagian penggemar seni klasik merasa karya lukisan sebaiknya dihargai dalam bentuk aslinya, bukan diubah-ubah melalui teknologi. Mereka khawatir makna asli dari karya tersebut bisa hilang jika terlalu "dimanipulasi".
Namun di sisi lain, banyak orang melihat ini sebagai inovasi menarik yang bertujuan memperluas penghargaan terhadap seni. Dengan pendekatan ini, seni klasik dapat mencapai lebih banyak individu, khususnya generasi digital yang terbiasa dengan konten visual yang bergerak.
Teknologi AI kini sedang ramai-ramai menciptakan perubahan, termasuk di bidang seni. Dari yang sebelumnya hanya berupa gambar diam, kini karya seni klasik bisa "hidup" dan bahkan berkomunikasi dengan kita.
Bayangan Mona Lisa berjalan bersama Van Gogh di dunia modern mungkin terdengar tidak masuk akal, namun justru di sanalah keajaibannya. AI mampu menghubungkan masa lalu dengan masa kini, menciptakan pengalaman seni yang segar dan sesuai zaman.
Jadi, siapa tahu suatu saat kamu bisa berfoto bersama Mona Lisa atau duduk bersama Van Gogh di sebuah kafe? Dengan bantuan AI, segala kemungkinan itu semakin mendekati kenyataan.***