Jumat, 26 September 2025

Dosen Biologi Unsil Dorong Optimalisasi Tanaman Pekarangan Jadi Sumber Pangan Bergizi

Dosen Biologi Unsil Dorong Optimalisasi Tanaman Pekarangan Jadi Sumber Pangan Bergizi

KABAR TASIKMALAYA - Optimalisasi lahan pekarangan untuk menunjang ketahanan pangan perlu dilakukan. Pilihan menanam beragam tanaman pangan seperti sayuran, buah, umbi-umbian, dan tanaman obat bisa jadi solusi dalam memenuhi kebutuhan gizi keluarga, mengurangi ketergantungan pada pasar, bahkan bisa berperan meningkatkan pendapatan keluarga.

Hanya faktanya, belum banyak masyarakat yang memahami manfaat dan cara melakukannya. Menyadari hal itu, tim dosen Biologi FKIP Universitas Siliwangi (Unsil) berinisiatif melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan tema “Optimalisasi Ketahanan Pangan melalui Pemanfaatan Tanaman Pekarangan sebagai Sumber Pangan Bergizi dan Kesehatan Keluarga” pada Sabtu 20 September 2025.

"Kegiatan ini sengaja dilakukan untuk meningkatkan literasi dan keterampilan masyarakat, khususnya ibu rumah tangga dan kader lingkungan, dalam mengenali, membudidayakan, serta mengoptimalkan tanaman pekarangan sebagai solusi ketahanan pangan di tingkat keluarga," Kata Ketua Tim Pengabdian, Rinaldi Rizal Putra, M.Sc Senin 22 September 2025.

Kegiatan yang diikuti puluhan kader PKK, Posyandu dan lainnya itu berlangsung di

Aula Kantor Kelurahan Mugarsari, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya.

Kehadiran peserta ini mencerminkan antusiasme warga terhadap pentingnya menjaga kemandirian pangan keluarga di tengah isu krisis pangan global.

Pelaksanaan kegiatan yang didukung dana Hibah Pengabdian kepada Masyarakat internal Universitas Siliwangi Tahun 2025 ini dilakukan melalui beberapa termin diantaranya penyampaian materi yang mengulas konsep ketahanan pangan, pemanfaatan tanaman pekarangan, serta fakta-fakta ilmiah tentang tumbuhan lokal yang kaya manfaat.

Kedua, sesi diskusi interaktif yang memberikan ruang bagi peserta untuk berbagi pengalaman dan bertanya seputar pengelolaan pekarangan. Selain itu, kegiatan ini juga dikemas lebih menarik dengan kuis interaktif untuk menguji pemahaman peserta.

Antusiasme tampak dari semangat kader PKK dan karang taruna dalam menjawab pertanyaan seputar ketahanan pangan dan pengolahan tanaman pekarangan.

Ketua Tim Pengabdian, Rinaldi Rizal Putra, M.Sc., menyampaikan apresiasi kepada pemerintah Kelurahan Mugarsari yang telah mendukung penuh terselenggaranya program ini.

“Kami sangat berterima kasih kepada Lurah beserta perangkatnya yang telah memberikan ruang dan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan ini. Antusiasme para peserta menjadi bukti nyata bahwa masyarakat memiliki semangat untuk menjaga ketahanan pangan,” ujar Rinaldi.

Sementara Lurah Mugarsari, Ujang Rukmana, S.IP. menyebut bahwa program tersebut sangat penting diikuti oleh masyarakat. Sebab ketahanan pangan adalah isu global yang berdampak langsung pada keluarga. Namun dengan pemanfaatan pekarangan, semua orang dapat memanfaatkan tanaman lokal dan bahkan tumbuhan liar sebagai sumber gizi.

"Saya berharap kerja sama dengan Unsil dapat berlanjut untuk memperkuat ketahanan pangan di Mugarsari,” jelasnya.

Acara ditutup dengan penyerahan simbolis berbagai sampel tumbuhan serta infografis mengenai tumbuhan liar yang bermanfaat sebagai sumber pangan dan obat.

Tim pengabdian berharap, literasi terkait optimalisasi pekarangan ini bisa diajarkan pula untuk masyarakat luas. Sebab melalui pemanfaatan pekarangan, warga dapat memperkuat kemandirian pangan sekaligus meningkatkan kesehatan keluarga dengan konsumsi pangan bergizi yang tersedia di sekitar rumah.

Program pengabdian ini sekaligus menjadi wujud nyata sinergi antara perguruan tinggi dan masyarakat dalam menjawab tantangan ketahanan pangan. Dengan langkah sederhana dari pekarangan rumah, diharapkan masyarakat Mugarsari dapat menjadi contoh praktik baik dalam menjaga keberlanjutan pangan di tingkat lokal maupun nasional. ***

Kamis, 25 September 2025

Penemuan Spesies Semi-Slug Baru di Ulu Temburong Pertegas Pentingnya Konservasi Hutan

Penemuan Spesies Semi-Slug Baru di Ulu Temburong Pertegas Pentingnya Konservasi Hutan

D'moneyTalk - Penemuan spesies semi-slug baru di Taman Nasional Ulu Temburong, Brunei Darussalam, menggemparkan dunia sains dan konservasi. Spesies ini diberi nama Microparmarion sallehi dan ditemukan melalui serangkaian ekspedisi lapangan yang melibatkan peneliti serta relawan. Dilansir dari Cosmos Magazine, temuan ini menjadi bukti nyata masih banyak kekayaan hayati tersembunyi di hutan dataran rendah Borneo.

Ciri utama semi-slug ini adalah cangkangnya yang sangat kecil dengan bentuk tidak biasa. Tidak seperti kebanyakan moluska darat, cangkang M. sallehi tidak memperlihatkan putaran atau spiral jelas. Informasi ini diungkap oleh laporan Cosmos Magazine yang menekankan keunikan morfologi spesies baru tersebut, sehingga langsung menarik perhatian para ahli gastropoda.

Proses penemuan berlangsung antara 2018 hingga 2022 ketika Taxon Expeditions menggelar tiga kursus lapangan di Ulu Temburong. Menurut laporan Mongabay Indonesia, para peserta terdiri dari mahasiswa Universiti Brunei Darussalam, peneliti asing, hingga masyarakat umum yang berperan sebagai citizen scientists. Keterlibatan publik dalam kegiatan ini menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan dapat berkembang lebih cepat dengan kolaborasi yang inklusif.

Bukan hanya pengamatan fisik yang dilakukan, para peneliti juga membawa laboratorium portabel untuk menganalisis DNA. Hasil uji barcoding yang dikutip dari Cosmos Magazine membuktikan bahwa semi-slug ini berbeda secara genetik dari spesies lain meskipun secara kasatmata terlihat mirip. Pendekatan ini memperkuat keabsahan identifikasi M. sallehi sebagai spesies baru.

Selama ekspedisi, para peneliti hanya berhasil menemukan lima individu. Spesimen tersebut sebagian besar berada di daun gugur dan tumbuhan merambat, terutama saat malam hari. Menurut ulasan Mongabay Indonesia, habitat ini berada di hutan primer maupun sekunder, yang semakin menegaskan betapa spesifiknya ekologi semi-slug ini.

Nama sallehi sendiri dipilih sebagai bentuk penghormatan kepada Md Salleh Abdullah Bat, pengawas Pusat Studi Lapangan Kuala Belalong yang telah lama mendukung penelitian biodiversitas. Penamaan ini, sebagaimana dijelaskan oleh Cosmos Magazine dan Mongabay Indonesia, juga menjadi pengingat bahwa upaya konservasi tak lepas dari dedikasi para pekerja lokal yang menjaga hutan setiap hari.

Keberadaan M. sallehi semakin menarik karena menjadi spesies kedua dari genus Microparmarion yang hidup di dataran rendah. Sebelumnya, spesies lain bernama M. exquadratus hanya ditemukan di kawasan pegunungan. Fakta ini, menurut laporan Mongabay Indonesia, memperluas pemahaman ilmiah tentang distribusi semi-slug di Kalimantan.

Selain sebagai penanda keanekaragaman, semi-slug ini juga berperan penting dalam ekosistem. Informasi dari Mongabay Indonesia menyebut bahwa moluska kecil tersebut membantu proses penguraian bahan organik di lantai hutan. Dengan kata lain, hilangnya semi-slug bisa berdampak pada keseimbangan rantai ekologi di kawasan tropis.

Keterbatasan koleksi moluska di Asia Tenggara membuat penemuan ini semakin berharga. Mongabay Indonesia menegaskan bahwa masih banyak spesies belum terdeskripsikan dan rentan punah sebelum sempat dikenali. Kondisi tersebut memperlihatkan urgensi konservasi, sebab setiap kehilangan habitat berarti pula hilangnya potensi pengetahuan baru.

Akhirnya, sebagaimana dilaporkan The Star, penemuan Microparmarion sallehi memperkuat alasan mengapa konservasi hutan dataran rendah di Ulu Temburong harus diutamakan. Tekanan deforestasi, fragmentasi habitat, hingga perubahan penggunaan lahan menjadi ancaman nyata. Dengan demikian, menjaga kelestarian hutan tidak hanya melindungi spesies yang sudah dikenal, tetapi juga menyelamatkan kehidupan yang belum sempat ditemukan.