Kamis, 25 September 2025

Penemuan Spesies Semi-Slug Baru di Ulu Temburong Pertegas Pentingnya Konservasi Hutan

Penemuan Spesies Semi-Slug Baru di Ulu Temburong Pertegas Pentingnya Konservasi Hutan

D'moneyTalk - Penemuan spesies semi-slug baru di Taman Nasional Ulu Temburong, Brunei Darussalam, menggemparkan dunia sains dan konservasi. Spesies ini diberi nama Microparmarion sallehi dan ditemukan melalui serangkaian ekspedisi lapangan yang melibatkan peneliti serta relawan. Dilansir dari Cosmos Magazine, temuan ini menjadi bukti nyata masih banyak kekayaan hayati tersembunyi di hutan dataran rendah Borneo.

Ciri utama semi-slug ini adalah cangkangnya yang sangat kecil dengan bentuk tidak biasa. Tidak seperti kebanyakan moluska darat, cangkang M. sallehi tidak memperlihatkan putaran atau spiral jelas. Informasi ini diungkap oleh laporan Cosmos Magazine yang menekankan keunikan morfologi spesies baru tersebut, sehingga langsung menarik perhatian para ahli gastropoda.

Proses penemuan berlangsung antara 2018 hingga 2022 ketika Taxon Expeditions menggelar tiga kursus lapangan di Ulu Temburong. Menurut laporan Mongabay Indonesia, para peserta terdiri dari mahasiswa Universiti Brunei Darussalam, peneliti asing, hingga masyarakat umum yang berperan sebagai citizen scientists. Keterlibatan publik dalam kegiatan ini menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan dapat berkembang lebih cepat dengan kolaborasi yang inklusif.

Bukan hanya pengamatan fisik yang dilakukan, para peneliti juga membawa laboratorium portabel untuk menganalisis DNA. Hasil uji barcoding yang dikutip dari Cosmos Magazine membuktikan bahwa semi-slug ini berbeda secara genetik dari spesies lain meskipun secara kasatmata terlihat mirip. Pendekatan ini memperkuat keabsahan identifikasi M. sallehi sebagai spesies baru.

Selama ekspedisi, para peneliti hanya berhasil menemukan lima individu. Spesimen tersebut sebagian besar berada di daun gugur dan tumbuhan merambat, terutama saat malam hari. Menurut ulasan Mongabay Indonesia, habitat ini berada di hutan primer maupun sekunder, yang semakin menegaskan betapa spesifiknya ekologi semi-slug ini.

Nama sallehi sendiri dipilih sebagai bentuk penghormatan kepada Md Salleh Abdullah Bat, pengawas Pusat Studi Lapangan Kuala Belalong yang telah lama mendukung penelitian biodiversitas. Penamaan ini, sebagaimana dijelaskan oleh Cosmos Magazine dan Mongabay Indonesia, juga menjadi pengingat bahwa upaya konservasi tak lepas dari dedikasi para pekerja lokal yang menjaga hutan setiap hari.

Keberadaan M. sallehi semakin menarik karena menjadi spesies kedua dari genus Microparmarion yang hidup di dataran rendah. Sebelumnya, spesies lain bernama M. exquadratus hanya ditemukan di kawasan pegunungan. Fakta ini, menurut laporan Mongabay Indonesia, memperluas pemahaman ilmiah tentang distribusi semi-slug di Kalimantan.

Selain sebagai penanda keanekaragaman, semi-slug ini juga berperan penting dalam ekosistem. Informasi dari Mongabay Indonesia menyebut bahwa moluska kecil tersebut membantu proses penguraian bahan organik di lantai hutan. Dengan kata lain, hilangnya semi-slug bisa berdampak pada keseimbangan rantai ekologi di kawasan tropis.

Keterbatasan koleksi moluska di Asia Tenggara membuat penemuan ini semakin berharga. Mongabay Indonesia menegaskan bahwa masih banyak spesies belum terdeskripsikan dan rentan punah sebelum sempat dikenali. Kondisi tersebut memperlihatkan urgensi konservasi, sebab setiap kehilangan habitat berarti pula hilangnya potensi pengetahuan baru.

Akhirnya, sebagaimana dilaporkan The Star, penemuan Microparmarion sallehi memperkuat alasan mengapa konservasi hutan dataran rendah di Ulu Temburong harus diutamakan. Tekanan deforestasi, fragmentasi habitat, hingga perubahan penggunaan lahan menjadi ancaman nyata. Dengan demikian, menjaga kelestarian hutan tidak hanya melindungi spesies yang sudah dikenal, tetapi juga menyelamatkan kehidupan yang belum sempat ditemukan.