Selasa, 30 September 2025

Bitcoin Jeblok, Whale Jual 24.000 BTC, Pasar Kripto Kembali Berdarah

D'moneyTalk – Setelah sempat melambung usai pidato dovish Ketua The Fed Jerome Powell di Jackson Hole, pasar kripto kembali diguyur tekanan jual yang deras. Bitcoin, yang sebelumnya sempat menyentuh puncak USD 117.000 atau sekitar Rp 1,9 miliar, kini harus rela turun kembali di bawah USD 110.000 atau sekitar Rp 1,78 miliar pada Selasa (26/8).

Dikutip dari News.Bitcoin, Selasa (26/8), Bitcoin anjlok 2,6% dalam sehari, sempat menyentuh USD 109.465. Dalam sepekan terakhir, nilainya menyusut 5,7%. Sementara Ethereum juga ikut rontok hingga 8%, kini diperdagangkan di bawah USD 4.400 atau sekitar Rp 71,5 juta.

Tekanan jual ini disebut dipicu oleh aksi seorang whale yang dilaporkan melepas hingga 24.000 BTC dalam satu waktu. Volume penjualan besar ini memicu efek domino yang membuat pasar longsor, termasuk pasar derivatif. Selama 24 jam terakhir, total likuidasi mencapai USD 895 juta atau sekitar Rp 14,5 triliun, dengan lebih dari USD 186 juta (Rp 3 triliun) berasal dari posisi long Bitcoin yang terpaksa ditutup karena harga jatuh.

Data CoinDesk mengonfirmasi hal ini. Dalam sesi perdagangan Amerika Serikat, harga Bitcoin sempat mencoba memantul ke USD 113.000 namun gagal. Harga kemudian jatuh ke level terendah dalam tujuh pekan terakhir. Beberapa altcoin utama pun ikut terseret, seperti Solana, Dogecoin, Cardano, dan Chainlink, yang masing-masing turun antara 6% hingga 8%.

Menurut laporan Asia Morning Briefing dari CoinDesk, pasar saat ini berada dalam kondisi rapuh. Likuiditas yang menipis, arus keluar dari ETF kripto, dan lemahnya aktivitas on-chain memperlihatkan bahwa euforia sebelumnya telah memudar. Salah satu indikasinya adalah penurunan arus masuk dana ETF sebesar USD 1 miliar, serta merosotnya keuntungan yang terealisasi kembali ke titik impas.

QCP Capital, firma aset digital yang berbasis di Singapura, mengungkapkan bahwa aksi jual 24.000 BTC oleh early holder dilakukan di tengah kondisi likuiditas yang tipis. Akibatnya, pasar mengalami cascading liquidation sebesar USD 500 juta. Dalam laporan yang sama, firma tersebut menyebut rotasi modal dari BTC ke ETH turut memperkuat tekanan ini.

Sementara itu, firma Enflux mencatat bahwa meskipun posisi long ritel banyak yang tumbang, justru institusi dan aktor besar mulai melakukan akumulasi dalam diam. Sebagai contoh, ada staking Ethereum senilai USD 2,55 miliar dalam satu kontrak, serta eksposur Bitcoin senilai USD 700 juta dari keluarga kerajaan Uni Emirat Arab melalui Citadel Mining. Mereka melihat volatilitas saat ini sebagai peluang untuk akumulasi jangka panjang.

Namun di sisi lain, aktivitas on-chain terus melemah. Biaya transaksi Bitcoin kembali menyentuh level rendah dekade ini, dan blok-blok baru tercatat sepi transaksi. Ini menjadi masalah serius bagi para penambang Bitcoin yang kini sudah terkena dampak pengurangan reward akibat halving.

Perkembangan ini memperkuat kemungkinan bahwa pasar kripto memasuki fase konsolidasi. Dengan September secara historis dikenal sebagai bulan dengan kinerja terburuk untuk Bitcoin dan Ethereum, banyak analis memperkirakan tekanan jual bisa berlanjut kecuali ada katalis besar baru yang masuk dalam waktu dekat.

0 Please Share a Your Opinion.: