Jumat, 26 September 2025

Pelayanan TB RO di RSUD Ciamis, Sudah Ada Obat dengan Masa Pengobatan 6 Bulan

Pelayanan TB RO di RSUD Ciamis, Sudah Ada Obat dengan Masa Pengobatan 6 Bulan

AKSARA JABAR - Dengan risiko resistensi obat yang terus mengintai, RSUD Ciamis melangkah maju dalam inovasi medis dan peningkatan layanan.

Hal itu diungkapkan langsung oleh Direktur RSUD Ciamis, dr. Bayu Yudiawan, ia mengungkapkan betapa pentingnya diagnosa tepat, fasilitas isolasi yang aman, serta integrasi pelayanan agar penanganan TBC RO efektif dan efisien.

''Salah satu perubahan terbesar ialah penggunaan tes cepat molekuler (TCM) untuk mendeteksi resistensi obat sejak dini," ujar dr. Bayu, Rabu 24 September 2025.

Sebelumnya, lanjut dia, pasien dengan TBC yang tidak merespons pengobatan standar akan terdiagnosis telat, yang memperburuk kondisi dan memungkinkan penularan.

Dengan TCM, RSUD bisa membedakan apakah TBC tersebut masih sensitif, atau sudah resisten terhadap satu atau beberapa obat standar. Ini menjadi dasar untuk menetapkan regimen terapi yang tepat.

Ia memaparkan, untuk meminimalisir penularan, RSUD Ciamis membangun fasilitas dan protokol layanan yang lebih aman seperti, Ruangan infeksius / kamar isolasi bertekanan negatif disiapkan untuk pasien TBC RO yang membutuhkan rawat inap.

Selanjutnya, layanan poli TBC RO diatur terpisah waktu dan tempat dari pasien umum. Contohnya: dibuka setelah jam-jam sibuk, agar pasien TBC RO tidak bertemu pasien umum yang rentan.

"Nah untuk penanganan rawat jalan juga dilengkapi ruang layanan khusus agar tidak bercampur dengan pasien lain, itu bertujuan untuk meminimalisir risiko penularan silang," jelasnya.

Obat & Regimen Terbaru: Memperpendek Durasi, Meningkatkan Efisiensi

Dr. Bayu menjelaskan bahwa obat‑obat baru dan regimen pengobatan yang lebih efisien telah diperkenalkan:

Menurutnya, regimen standar TBC sensitif tetap menggunakan obat konvensional seperti rifampisin dan obat pendukung, namun dengan pemantauan yang lebih ketat.

"Untuk TB RO, kita sudah menerapkan obat kombinasi baru yang lebih efektif, bahkan ada pengurangan durasi pengobatan dibanding sebelumnya, yang dulu sangat panjang hingga dua tahun, dan juga berat bagi pasien, sekarang dengan obat baru hanya pengobatan selama 6 bulan," paparnya.

Dukungan obat dan terapi disertai pengawasan ketat, lanjut dia, supaya pasien mengikuti minum obat sesuai jadwal, memonitor efek samping, serta memastikan konversi dari positif ke negatif.

Integrasi Layanan dan Jejaring Kesehatan

Ia juga menyebut, program ini berkolaborasi dengan Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan primer agar pasien TBC bisa teridentifikasi sejak dini. Sehingga, jejaring layanan pencegahan di komunitas termasuk kontak erat penderita dilakukan terapi preventif atau skrining agar penularan bisa diputus.

"Tentjnya, layanan gratis dan cek kesehatan menjadi bagian penting dari sistem agar masyarakat tidak ragu melakukan pemeriksaan," imbuhnya.

Kata dia, persediaan obat khusus TBC RO yang kadang masih langka atau tergantung suplai luar. Fasilitas isolasi negatif memerlukan perawatan dan biaya yang tinggi; juga memerlukan pelatihan staf agar prosedur penanganan infeksi benar‑benar aman.

Dr. Bayu mengutarakan bahwa ke depannya:

1. RSUD Ciamis akan memperkuat layanan penyakit infeksi emerging yang mungkin muncul atau sudah ada secara lokal, dengan laboratorium biosafety level 2 dan ruang isolasi tekanan negatif lebih banyak.

2. Peningkatan service excellence: kecepatan pelayanan, keramahan, dan kualitas medis menjadi tolok ukur pelayanan tak hanya dalam kasus TBC, tetapi keseluruhan layanan rawat inap dan rawat jalan.

3. Memastikan pembiayaan berkelanjutan agar inovasi ini tidak terhenti karena masalah anggaran, termasuk regulasi BPJS yang mendukung dan alokasi APBD Kabupaten ‑ Provinsi yang memadai.

Menurut dr. Bayu, inovasi layanan medis di RSUD Ciamis menunjukkan bahwa dengan diagnosa cepat, fasilitas isolasi yang aman, dan pelayanan terpadu, upaya menanggulangi TBC RO bukan hanya soal angka, tetapi soal keamanan, efisiensi, dan kepercayaan masyarakat.

"Bila hambatan teknis dan operasional dapat dikurangi, maka layanan modern ini akan menjadi tumpuan kuat bagi Kabupaten Ciamis dalam mencapai sasaran kesehatan nasional," tukasnya.***

0 Please Share a Your Opinion.: