Selasa, 07 Oktober 2025

KDM Akan Bangun 5 Jalan Tol Baru 2024-2029, Jabar Tengah dan Selatan Terhubung!

KDM Akan Bangun 5 Jalan Tol Baru 2024-2029, Jabar Tengah dan Selatan Terhubung!
KDM Akan Bangun 5 Jalan Tol Baru 2024-2029, Jabar Tengah dan Selatan Terhubung!Radar Info- Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi telah menghadirkan rencana besar untuk mengatasi kemacetan yang sering terjadi di beberapa daerah di Jawa Barat, dengan membangun sejumlah proyek infrastruktur jalan tol baru yang bernilai ratusan triliun rupiah.

Untuk mewujudkan ambisinya, Gubernur yang akrab disapa KDM tersebut secara intensif terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat agar setiap tahapan, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan, dapat berjalan sesuai target.

Mulai tahun 2026 mendatang, KDM telah merencanakan pembangunan 5 ruas jalan tol baru di jalur-jalur yang padat dan menghubungkan provinsi serta kota/kabupaten.

Berikut adalah 5 ruas jalan tol baru yang menjadi program kerja Gubernur Jabar KDM selama masa kepemimpinannya 2024-2029 dan akan direalisasikan mulai tahun 2026:

1. Tol Getaci (Hingga Tasikmalaya)

Pembangunan Jalan Tol Getaci bertujuan untuk menghubungkan wilayah Provinsi Jawa Barat dengan wilayah Provinsi Jawa Tengah, serta memperkuat sektor pariwisata di kedua daerah tersebut.

Selain itu, tujuannya juga adalah mendorong pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan keterhubungan antar wilayah sebagai jalur logistik, serta memberikan efisiensi melalui pengurangan Biaya Operasional Kendaraan (BOK) dan penghematan waktu tempuh.

Namun, sayangnya hingga kini pembangunan jalan Tol Getaci yang sangat ditunggu oleh warga Priangan Timur (Priatim) belum juga dimulai.

Di bawah kepemimpinannya pada masa 2024-2029, KDM akan berupaya merealisasikannya. Ia akan mendorong pembangunan Tol Getaci secepat mungkin jika pengadaan lahan telah selesai.

Saat ini, proses pengadaan lahan dan pencairan uang ganti rugi (UGR) sedang berjalan di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut serta akan dilanjutkan ke wilayah Tasikmalaya.

Hanya saja, meskipun rencana awalnya sampai Cilacap, Jawa Tengah, pembangunan jalan Tol Getaci ini telah ditetapkan hanya sampai Tasikmalaya terlebih dahulu.

Proyek ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama mencakup jalur Gedebage hingga Garut Utara dengan jarak sekitar 45 kilometer. Sementara itu, bagian kedua meliputi Garut Utara hingga Tasikmalaya yang memiliki panjang sekitar 50 kilometer.

2. Tol di Kota Bandung

Telah menjadi rahasia umum bahwa setiap akhir pekan dan hari libur nasional, Kota Bandung serta sekitarnya selalu menjadi tempat tujuan bagi warga Jakarta. Mereka berdatangan memadati jalan-jalan di Kota Bandung.

Untuk mengatasi permasalahan ini, KDM segera akan membangun jalan Tol Dalam Kota Bandung yang melintasi Jalan Dr. Djunjunan (Pasteur), melewati Jalan PHH Mustofa (Suci), RS Ujungberung, dan berakhir di KM 149 Gedebage.

Jalan tol di dalam kota Bandung akan memiliki jalur yang menghubungkan Ujungberung hingga Cileunyi. Rencana pembangunan dimulai pada tahun 2026.

3. Tol Pasteur–Lembang

Selain itu, KDM juga telah merancang pembangunan jalan Tol Pasteur–Lembang. Jalan tol ini sangat diperlukan untuk mengurangi kemacetan yang sering terjadi di Kota Bandung.

Jalan Tol Pasteur-Lembang merupakan janji politik KDM saat kampanye dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun lalu. Oleh karena itu, KDM menjadikan pembangunan jalan tol ini sebagai prioritas utama.

Jalan tol ini akan dimulai dari sekitar Gerbang Tol Pasteur. Selanjutnya, lalu lintas kendaraan dari arah Jakarta dapat langsung menuju kawasan Sukajadi atau Setiabudi tanpa perlu melewati Jalan Dr. Djunjunan.

4. Tol Puncak

Rencana pengembangan Jalan Tol Puncak sebenarnya sudah muncul beberapa tahun yang lalu. Jalan tol ini perlu dibangun sebagai cara mengatasi kemacetan yang sering terjadi di kawasan wisata favorit warga Jakarta dan Bandung.

Jalan Tol Puncak memiliki panjang 51,8 kilometer yang menghubungkan daerah Caringin, Megamendung, Cisarua, hingga Cianjur dengan perkiraan biaya sekitar Rp25 triliun. Diharapkan akan dimulai pembangunannya pada tahun 2026.

5. Tol Sukabumi–Cianjur–Padalarang

Jalan tol yang akan dibangun berikutnya selama masa kepemimpinan Gubernur KDM adalah Tol Sukabumi–Cianjur–Padalarang, guna mempercepat perjalanan antara Sukabumi-Cianjur-Padalarang-Bandung agar lebih cepat dan lancar.

Dengan kehadiran jalan tol ini, waktu perjalanan antara ketiga daerah tersebut diharapkan akan berkurang secara signifikan, sekaligus memberikan kenyamanan dan efisiensi bagi pengendara.

Berikut adalah beberapa variasi parafraze dari teks tersebut: 1. Berikut ini adalah rencana pembangunan 5 ruas jalan tol baru dengan nilai mencapai ratusan triliun rupiah yang akan diwujudkan oleh Gubernur Jawa Barat KDM, Dedi Mulyadi, selama masa kepemimpinannya pada periode 2024-2029. 2. Rencana pembangunan lima ruas jalan tol baru sebesar ratusan triliun rupiah akan dilaksanakan oleh Gubernur Jawa Barat KDM, Dedi Mulyadi, dalam masa jabatannya tahun 2024 hingga 2029. 3. Dalam periode kepemimpinan 2024-2029, Gubernur Jawa Barat KDM, Dedi Mulyadi, berencana membangun lima ruas jalan tol baru senilai ratusan triliun rupiah. 4. Gubernur Jawa Barat KDM, Dedi Mulyadi, akan mewujudkan rencana pembangunan lima ruas jalan tol baru dengan total biaya mencapai ratusan triliun rupiah selama masa kekuasaannya dari 2024 sampai 2029. 5. Selama masa pemerintahannya antara 2024 dan 2029, Gubernur Jawa Barat KDM, Dedi Mulyadi, akan merealisasikan rencana pembangunan lima ruas jalan tol baru yang bernilai ratusan triliun rupiah.

Tidak Ada Tol Getaci: 7 Jalur Tol Baru Siap Beroperasi di Jawa Tahun 2026, Dua di Jabar

Tidak Ada Tol Getaci: 7 Jalur Tol Baru Siap Beroperasi di Jawa Tahun 2026, Dua di Jabar
Tidak Ada Tol Getaci: 7 Jalur Tol Baru Siap Beroperasi di Jawa Tahun 2026, Dua di Jabar

Radar Info– Kementerian Pekerjaan Umum (Kementerian PU) menetapkan rencana akan hadirnya 7 jalan tol baru di Pulau Jawa yang akan mulai beroperasi pada tahun 2026. Sayangnya, ke-7 jalan tol tersebut tidak termasuk Tol Getaci. Meskipun demikian, dua jalan tol baru tersebut berada di kawasan Jawa Barat.

Proyek Jalan Tol Getaci telah memasuki tahun ketiga mengalami penundaan setelah diumumkan harus diadakan lelang ulang karena konsorsium pemenang lelang dinyatakan gagal karena tidak mampu memenuhi persyaratan financial close yang ditetapkan.

Namun, proyek jalan tol pertama yang berfokus pada kawasan Priangan Timur telah mengalami perkembangan positif. Saat ini, proyek tersebut diumumkan akan dilakukan lelang pada tahun 2026.

Tol Getaci akan dijual dalam jumlah besar bersama 18 proyek jalan tol lainnya pada tahun depan. Keseluruhan 19 proyek jalan tol tersebut memiliki total nilai investasi sebesar Rp 408,68 triliun. Selain Tol Getaci, dua jalan tol lainnya di Jawa Barat yang juga akan dilelang pada tahun 2026 adalah Tol Dalam Kota Bandung (BIUTR) dan Tol Akses Patimban (Subang).

Menurut Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur (DJPI) Kementerian PU Rachman Arief, saat ini ke-19 proyek jalan tol tersebut telah masuk dalam daftar prioritas. Kementerian PU menyiapkan dana sebesar Rp 27,55 miliar untuk persiapan proyek tersebut, termasuk Rp 23,33 miliar untuk persiapan lelang.

Anggaran persiapan lelang sebesar Rp 23,3 miliar terdiri dari alokasi untuk 7 proyek tol yang diajukan pemerintah (solicited) dengan anggaran sebesar Rp 20,66 miliar, 7 proyek tol yang tidak diajukan pemerintah (unsolicited) senilai Rp 1,55 miliar, serta proyek penugasan pemerintah sejumlah Rp 1,12 miliar.

7 Jalur Tol Baru di Pulau Jawa Mulai Beroperasi Tahun 2026

Selain akan mengadakan lelang besar-besaran dengan menawarkan 19 proyek jalan tol kepada para investor, pada tahun 2026 Kementerian PU juga menargetkan akan ada 7 jalan tol baru di Pulau Jawa yang mulai beroperasi. Sayangnya, Tol Getaci, jalan tol yang lama diharapkan oleh masyarakat Jawa Barat, khususnya warga Priangan Timur, tidak termasuk dalam rencana tersebut.

Pada Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi V DPR RI pada 11 September lalu, Direktur Jenderal Bina Marga, Roy Rizali Anwar menyampaikan bahwa pada tahun 2026 pihaknya menargetkan akan ada 9 jalan tol baru yang mulai beroperasi.

Dari 9 jalan tol yang baru, sebanyak 7 di antaranya terletak di Pulau Jawa. Keseluruhan jalan tol baru tersebut memiliki panjang total sebesar 308,70 kilometer. Sementara itu, 7 jalan tol baru di Pulau Jawa yang akan mulai beroperasi pada tahun 2026 akan memiliki total panjang sepanjang 183,21 kilometer.

Meski belum ada Tol Getaci, dua tol yang diharapkan mulai beroperasi tahun depan berada di wilayah Jawa Barat, yaitu Tol Ciawi–Sukabumi (Bocimi) Seksi 3 Cibadak–Sukabumi Barat dengan panjang 13,70 km dan Tol Jakarta-Cikampek (Tol Japek 2).

Jalan Tol Bocimi merupakan jalur tol yang memiliki panjang 53,6 kilometer dan menghubungkan Kota Bogor serta Kabupaten Bogor dengan Kota Sukabumi dan Kabupaten Sukabumi.

Pembangunan Jalan Tol Bocimi dibagi menjadi 4 seksi yaitu:

Bagian I (Ciawi - Cigombong) dengan panjang 15,35 kilometer

Bagian II (Cigombong - Cibadak) dengan panjang 11,9 kilometer

Bagian III (Cibadak - Cisaat) dengan panjang 13,7 kilometer

Bagian IV (Cisaat - Sukaraja) dengan panjang 13,5 kilometer

Seksi 1 telah diresmikan sejak tahun 2018, sedangkan Seksi 2 sempat beroperasi pada tahun 2023, tetapi akhirnya ditutup setelah terjadi longsor di ruas jalan pada Seksi 2 tersebut.

Sementara Tol Japek 2 merupakan jalan tol yang menghubungkan Tol Lingkar Luar Jakarta di Kota Bekasi dengan Tol Purbaleunyi. Jalur tol ini akan memiliki panjang sekitar 54,73 kilometer.

Jalan tol ini dibangun dengan tujuan mengurangi beban Jalan Tol Jakarta Cikampek I dan Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta 2 khususnya bagi masyarakat Kecamatan Pondok Aren, Setu, Serpong, Ciputat, Ciputat Timur, Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten, Cilandak, Pasar Minggu, Jagakarsa di Jakarta Selatan, Pasar Rebo, Ciracas, Cipayung di Jakarta Timur, Kabupaten-Kota Bogor dan Kota Depok, Jawa Barat.

Berikut adalah 7 jalan tol baru yang diharapkan mulai beroperasi pada tahun 2026:

1. Jalan Tol Serang–Panimbang (Banten) yang memiliki panjang 41,63 km terdiri dari Seksi 2 Rangkasbitung–Cileles sepanjang 24,17 km dan Seksi 3.1 Cileles–Panimbang Fase 1 selama 17,46 km.

2. Tol Yogyakarta–Bawen (Jawa Tengah) yang memiliki panjang 15,10 km terdiri dari Seksi 1 JC Sleman–Banyurejo (8,80 km) dan Seksi 6 Ambarawa–Bawen (4,98 km).

3. Jalan Tol Solo-Yogyakarta-YIA Kulonprogo (Jawa Tengah) sepanjang 14,73 km yang terdiri dari Paket 1.2B Prambanan-Purwomartani (11,48 km) dan Paket 2.2B Trihanggo-Sleman (3,25 km).

4. Jalan Tol Kediri–Tulungagung (Jawa Timur) berupa akses menuju Bandara Kediri dengan panjang 4,82 km.

5. Jalan Tol Jakarta–Cikampek (Japek) II Selatan sepanjang 54,75 km yang meliputi Paket 2 Setu–Sukabungah (23,50 km) dan Paket 3 Sukabungah–Sadang (31,25 km).

6. Ruas Jalan Ciawi–Sukabumi Seksi 3 Cibadak–Sukabumi Barat dengan panjang 13,70 km.

7. Tol Probolinggo–Banyuwangi (Jawa Timur) dengan panjang 38,48 km terdiri dari Seksi 1.1 Gending–Suko (3,88 km), Seksi 1.2 Suko–Kraksaan (9 km), Seksi 3.1 Paiton–Banyuglugur (9,40 km), dan Banyuglugur–Besuki (16,2 km).***

Yogyakarta Uji Coba Zona Pejalan Kaki 24 Jam

Yogyakarta Uji Coba Zona Pejalan Kaki 24 Jam

PEMERINTAH Kota Yogyakartasedang menyusun program yang diharapkan mampu menjadi konsep baru sehingga para wisatawan dapat merasakan pengalaman yang tak terlupakan saat berkunjung. Konsep tersebut berupa penerapan kawasanpedestrian yang beroperasi 24 jam sehari. Pengunjung yang datang ke kawasan tersebut dapat merasakan suasana yang berbeda, mendapatkan area pejalan kaki untuk menikmati atmosfer kota tanpa gangguan kendaraan bermotor sama sekali.

Wakil Wali Kota Yogyakarta, Wawan Harmawan, menyatakan bahwa rencana ini akan diuji coba pada 7 Oktober 2025, yaitu saat perayaan hari jadi ke-269 Kota Yogyakarta. "Jika konsep ini berjalan lancar, mungkin akan diterapkan secara rutin setiap bulan atau bahkan mingguan," ujar Wawan saat berdiskusi dengan para pelaku pariwisata yang tergabung dalam

Asosiasi Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Wilayah Istimewa Yogyakarta pada hari Rabu, 24 September 2025 di Yogyakarta.

Hanya saja, belum diungkapkan, di mana lokasi yang akan diuji coba sebagai kawasanfull pejalan kaki sepanjang hari penuh. Saat ini, beberapa area di Kota Yogyakarta telah memiliki jalur pejalan kaki yang didukung oleh trotoar yang cukup luas dan nyaman bagi pengguna. Tidak hanya di kawasan wisata utama Malioboro, tetapi juga terdapat di area seperti Kotabaru dan sebagainya.

Maliboro Semipedestrian

Di kawasan Malioborosejak beberapa tahun terakhir, kawasan ini juga berfungsi sebagai area semi pejalan kaki. Setiap hari, wilayah tersebut ditutup bagi kendaraan bermotor mulai pukul 18.00 WIB hingga 21.00 WIB. Hal ini merupakan bagian dari kebijakan Car Free Night (CFN) di kawasan tersebut yang memberikan waktu bagi pengunjung untuk berjalan kaki di trotoar atau jalan utama agar menikmati suasana malam.

Wawan mengatakan, konsep dan inovasi di bidang pariwisata perlu terus dikembangkan agar para wisatawan tidak merasa bosan dan kunjungan tetap stabil. "Orang yang datang ke Yogyakarta harus merasakan sesuatu yang baru. Bukan hanya wisata murah, tetapi juga berkualitas dan penuh pengalaman," ujarnya.

Wawan mengatakan, Kota Yogyakartasebenarnya kampung-kampung wisata yang berbasis kelurahan juga didukung oleh kekuatan dari masing-masing daerah. Setiap kampung tersebut telah memperkuat paket wisata untuk mempromosikan potensi uniknya, baik dari segi kuliner, kerajinan, hingga mode.

Daya Tarik Destinasi

Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (GIPI DIY), Bobby Ardiyanto Setyo Aji menyampaikan, agar dapat mempertahankan jumlah kunjungan wisatawan, pengembangan daya tarik destinasi sangat diperlukan. "Wisatawan datang tidak hanya untuk melihat objek wisata, tetapi juga ingin mendapatkan pengalaman. Oleh karena itu, kualitas pelayanan akan membuat mereka ingin kembali," ujarnya.

Jadi, menurut Bobby, upaya dalam menciptakan daya tarik wisata dengan konsep yang baru memerlukan struktur yang jelas, tata kelola yang baik, serta koordinasi yang kuat khususnya dengan komunitas dan sektor swasta yang terlibat dalam industri pariwisata.

Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Wahyu Hendratmoko menyampaikan, peta Yogyakarta secara keseluruhan mencakup 58 jenis objek wisata yang meliputi wisata budaya, sejarah, religius, pendidikan, serta wisata belanja.

Peta tersebut mencakup 20 destinasi sejarah, budaya, dan agama, 14 destinasi pendidikan, 6 destinasi perbelanjaan, serta 18 kampung wisata. "Namun, sektor pariwisata Yogyakarta masih menghadapi tantangan terutama dalam hal pergerakan wisatawan, lamanya tinggal, dan pengeluaran wisatawan," ujar Wahyu.

Menurutnya, selama tahun 2024, jumlah kunjungan wisatawan ke Kota Yogyakarta mencapai 10,9 juta orang, tetapi rata-rata lamanya tinggal masih sekitar 1,88 hari dengan pengeluaran sebesar Rp 2,25 juta per wisatawan. "Angka ini perlu ditingkatkan melalui inovasi dan kreativitas baru," ujarnya.

Senin, 06 Oktober 2025

Rute Baru Jalan Tol Sampai Tasikmalaya Mulai Lelang 2026, Beroperasi 2029, Ini Desa yang Terima UGR

Rute Baru Jalan Tol Sampai Tasikmalaya Mulai Lelang 2026, Beroperasi 2029, Ini Desa yang Terima UGR
Rute Baru Jalan Tol Sampai Tasikmalaya Mulai Lelang 2026, Beroperasi 2029, Ini Desa yang Terima UGRRadar Info- Wakil Menteri (Wamen) Pekerjaan Umum (PU) Diana Kusumastuti di Jakarta menyatakan, pembangunan proyek jalan tol hingga Tasikmalaya yang merupakan bagian dari proyek besar Tol Getaci akan dimulai dengan proses lelang pada tahun depan (2026) dan diharapkan mulai beroperasi pada 2029.

Menurut Diana, tol hingga Tasikmalaya akan dikerjakan dengan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Pelaksanaan konstruksinya dibagi menjadi 2 seksi yakni;

  • Bagian 1 Simpang Gedebage – Garut Utara (45,20 km)
  • Bagian 2 Garut Utara - Tasikmalaya (50,32 km)

Sampai saat ini, kemajuan proses pengadaan lahan Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap (Tol Getaci) di Kabupaten Garut, Jawa Barat terus dipercepat. Di kawasan tersebut, terdapat total 37 desa/kelurahan yang berada di 7 kecamatan yang akan terkena dampak dari pembangunan Jalan Tol Getaci.

Ketua Pengadaan Tanah Proyek Tol Getaci Kabupaten Garut, Muhamad Rahman, menyampaikan bahwa pihaknya pernah menyelesaikan pembayaran uang ganti rugi atau UGR di Kabupaten Garut untuk 355 bidang dalam waktu 3 hari.

"Jumlahnya sangat banyak di 335 bidang. Jadi kami jadwalkan selama 3 hari atau seratusan bidang, sehingga setiap harinya," kata Rahman kepada wartawan di Garut beberapa hari lalu.

Sementara itu, pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Jalan Tol Getaci II, Muhammad Hidayat Satria Adi, mengatakan, telah tercatat sekitar 2.200 bidang tanah yang berhasil dilepaskan di segmen satu wilayah Garut utara.

Menurutnya, dari total kebutuhan sekitar 4.500 bidang, angka tersebut mencerminkan kemajuan sekitar 49 persen. Dari segi luas lahan, sekitar 113 hektare telah tersedia dari total kebutuhan 247 hektare, atau sekitar 45 persen.

Saat ini, proses pengadaan lahan Tol Getaci di Kabupaten Garut terus dipercepat agar dapat mencapai target yang ditetapkan, selanjutnya berpindah ke wilayah Kabupaten dan Kota Tasikmalaya.

Sebagai informasi, pembangunan jalan tol Getaci yang awalnya direncanakan hingga Cilacap (206,65 km) kini ditetapkan untuk sementara hanya dibangun hingga Tasikmalaya (95 km) terlebih dahulu.

Daftar Kecamatan Mendapatkan Dana Alokasi Umum (DAU) di Garut dan Tasikmalaya

Daftar desa yang mendapatkan UGR akibat dampak Tol Getaci di wilayah Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kota Tasikmalaya dapat dilihat sebagai berikut:

Kabupaten Garut

Di Kabupaten Garut, Jalan Tol Getaci melintasi 7 kecamatan dan akan menghubungkan sejumlah desa. Berikut penjelasannya:

1. Kecamatan Kadungora meliputi: Desa Mandalasari, Desa Karangmulya, Desa Karangtengah, Desa Hegarsari, Desa Talagasari

2. Kecamatan Leles: Desa Kandangmukti, Desa Leles, Desa Cangkuang, Desa Margaluyu, Desa Sukar

3. Kecamatan Leuwigoong: hanya melalui satu desa, yaitu Desa Margacinta.

4. Kecamatan Banyuresmi: Desa Sukakarya, Desa Sukalaksana, Desa Sukamukti, Desa Sukaratu, Desa Pamekarsari, Desa Sukasenang

5. Kecamatan Karangpawitan: Desa Mekarsari, Kelurahan Lengkongjaya, Desa Jatisari, Kelurahan Karangmulya, Desa Suci, Kelurahan Lebakjaya, Desa Tanjungsari, Desa Lebak Agung.

6. Kecamatan Garut Kota: Desa Cimuncang, Desa Kota Kulon, Desa Margawati, dan Desa Sukanegla.

7. Kecamatan Cilawu: Desa Ngamplangsari, Desa Ngamplang, Desa Pasanggrahan, Desa Cilawu, Desa Karyamekar, Desa Dayeuhmanggung, Desa Sukatani serta Desa Sukamaju.

Kabupaten Tasikmalaya

Di Kabupaten Tasikmalaya, pembangunan jalan tol Getaci akan mengakibatkan penggusuran beberapa desa di Kecamatan Salawu, Cigalontang, Singaparna, dan Padakembang. Rinciannya sebagai berikut:

1. Kecamatan Salawu melalui Desa Sukahurip, Desa Neglasari

2. Kecamatan Cigalontang: Desa Kersamaju, Desa Lengkongjaya, Desa Nanggerang, Desa Nangtang, Desa Pusparaja, Desa Sirnagalih, Desa Sukamanah, Desa Tanjungkarang, dan Desa Tenjonagara

3. Kecamatan Padakembang: di wilayah ini hanya terdapat satu desa yang dilalui, yaitu Desa Cilampunghilir

4. Kecamatan Leuwisari: di wilayah Leuwisari hanya terdapat satu desa yang dilalui, yaitu Desa Arjasari.

5. Kecamatan Singaparna: Kelurahan Sukaherang, Cintaraja, Cikunir, serta Desa Cikadongdong.

Kota Tasikmalaya

Di Kota Tasikmalaya, wilayah yang akan dilalui jalan tol terdiri dari 4 kecamatan, yaitu Mangkubumi dan Kawalu.

1. Kecamatan Mangkubumi: Desa Karikil, Desa Cigantang, Desa Sambong Jaya.

2. Kecamatan Kawalu: Desa Gunung Tandala, Desa Karang Anyar, Desa Cilamajang, Desa Karsamenak.

Catatan: Di Kecamatan Kawalu akan dibangun gerbang tol sekaligus menjadi titik akhir pembangunan jalan Tool Getaci hingga Tasikmalaya sebelum dilanjutkan ke Cilacap.

Jumat, 26 September 2025

TMMD Kodim 0722/Kudus: Menjahit Harapan, Membangun Masa Depan Desa Kandangmas di Lereng Muria

TMMD Kodim 0722/Kudus: Menjahit Harapan, Membangun Masa Depan Desa Kandangmas di Lereng Muria

Radar Info, KUDUS- Berada di antara kaki Pegunungan Muria yang dingin dan hijau, terletak sebuah kabupaten kecil yang kaya akan warisan budaya, semangat keagamaan, serta dinamika perekonomian masyarakat: Kudus. Tanah para wali, kampung penghasil kretek, sekaligus surga bagi penikmat kuliner dan tradisi.

Di tempat ini, sejarah dan masa depan berjalan bersamaan. Menara Kudus yang megah berdiri, bukan hanya sebagai simbol kejayaan Islam Jawa, tetapi juga pengingat akan kearifan lokal yang menyatu dengan nilai spiritual. Di antara gang-gang sempit kota, aroma jenang tercium, tanda bahwa UMKM tetap bertahan, meskipun waktu terus berlalu.

Namun Kudus bukan hanya sebuah kota. Ia juga meliputi dataran tinggi dan desa-desa yang terletak di kaki Gunung Muria, seperti Desa Kandangmas di mana kabut pagi mengelilingi atap rumah kayu dan suara ayam jantan saling bersahutan dari kejauhan. Di sanalah kehidupan berlangsung dengan sederhana, namun tidak pernah menyerah.

Desa Kandangmas berada di Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, dengan ketinggian 750 meter di atas permukaan laut. Desa pariwisata ini berjarak sekitar 15,7 km dan membutuhkan waktu perjalanan sekitar 27 menit dari pusat kota Kudus.

Antara lain, daya tarik yang terdapat di Desa Wisata Kandangmas meliputi wisata air Bendungan Logung, wisata pembelajaran pengolahan gula tumbu, serta wisata petualangan jeep. Selain itu, di desa ini juga terdapat makam yang sering dikunjungi para peziarah, yakni makam putri Sunan Muria bernama Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku, yang merupakan keturunan Mataram.

Di sana TNI hadir dalam kegiatan TMMD dengan membuka akses jalan, memperbaiki rumah warga, memberikan pelatihan, serta menanamkan harapan. Mereka datang bukan sebagai tamu, melainkan sebagai saudara. Bersama masyarakat, mereka menggali bukit, menyusun batu demi batu, tidak hanya untuk membangun infrastruktur, tetapi juga untuk masa depan.

Kudus tidak pernah kehabisan kisah. Mengenai semangat, tentang kerja sama, tentang masyarakat yang ingin bangkit dari keterbatasan. TMMD di Kudus adalah bukti bahwa pembangunan tidak hanya dimulai dari pusat, tetapi juga bisa berkembang dari daerah pinggiran, selama ada niat dan kesatuan.

Kudus bukan sekadar tempat lahirnya kretek. Ia ialah lokasi di mana iman, semangat kerja, dan kebersamaan berkobar, mulai dari kaki Gunung Muria hingga ke jiwa masyarakatnya.

Jalan Baru, Harapan Baru

Suara cangkul dan mesin molen bersatu dengan tawa anak-anak yang bermain di tepi jalan desa. Di tengah udara sejuk pegunungan Muria, suasana yang berbeda mengelilingi Desa Kandanagmas, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Desa yang selama ini terpencil karena akses jalan yang curam dan sempit, kini sedang berubah dengan hadirnya prajurit TNI dari Kodim 0722/Kudus dalam pelaksanaan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-125.

Selama sebulan penuh, sejak TMMD 125 dibuka pada 23 Juli 2025, prajurit TNI bekerja sama dengan warga desa membangun jalan penghubung, merehab rumah yang tidak layak huni, serta memberikan sosialisasi kesehatan dan wawasan kebangsaan. TMMD bukan hanya program pembangunan fisik, tetapi juga menjadi jembatan harapan antara negara dan rakyat.

Dengan semangat membangun dari pinggiran, TMMD hadir sebagai jawaban nyata untuk mengurangi kemiskinan, menghilangkan isolasi desa, serta mendorong tumbuhnya kegiatan ekonomi di wilayah setempat. Harapan baru kini muncul di tengah masyarakat yang sebelumnya hidup dalam keterbatasan.

Sarno (52), petani kopi dari Dukuh Watu Gendong, tidak mampu menyembunyikan perasaan harunya. Matanya berkaca-kaca ketika menunjukkan jalan beton sepanjang 1,2 kilometer yang sedang dikerjakan oleh Satgas TMMD.

Dulunya, untuk membawa hasil panen ke pasar, saya harus memikul karung sejauh hampir dua kilometer. Kini, jalan sudah beraspal, sepeda motor bisa masuk hingga ke kebun," katanya dengan lembut, penuh rasa terima kasih.

Akses jalan yang lebih baik secara otomatis mengurangi biaya logistik, membuka kesempatan pasar, serta mempermudah pergerakan masyarakat. Inilah wujud nyata bagaimana TMMD berkontribusi menurunkan tingkat kemiskinan, bukan hanya melalui bantuan langsung, tetapi juga melalui pembangunan yang berkelanjutan.

Kekompakan TNI dan Rakyat dalam Membangun Bersama

TMMD ke-125 fokus pada penyeimbangan pembangunan di wilayah terpencil serta memperkuat persatuan TNI dan rakyat. Selain membangun infrastruktur, juga berupaya membangun semangat kerja sama. Kami berharap masyarakat tidak hanya menikmati hasilnya, tetapi juga turut berpartisipasi dalam prosesnya.

Sementara melakukan kegiatan fisik, Satgas TMMD juga menyelenggarakan layanan kesehatan gratis, pengajian massal, serta sosialisasi pencegahan stunting, narkoba, dan wawasan kebangsaan. Babinsa juga turut berperan dalam mengajar anak-anak SD, menanamkan nilai-nilai nasionalisme sejak dini.

"Pak tentara mengajarkan kami baris-berbaris dan menceritakan tentang Pancasila," kata Dian (10), siswi SDN Rahtawu. Wajahnya bersinar, seolah menyimpan semangat baru dari seragam loreng yang kini sudah biasa dilihatnya.

Lepaskan Kemiskinan Melalui Tindakan Nyata

Tidak hanya jalan dan rumah, TMMD menciptakan dasar untuk masa depan, yaitu pendidikan, kesehatan, serta rasa percaya diri masyarakat desa. Dengan menghilangkan isolasi, akses terhadap layanan dasar menjadi lebih mudah dan kesempatan ekonomi terbuka lebar. Ini adalah wujud nyata pembangunan yang inklusif dan menyentuh akar dari kemiskinan.

TMMD ke-125 Kodim Kudus menunjukkan bahwa pembangunan yang sebenarnya tidak hanya terbatas pada pengangkatan batu dan semen, tetapi juga mencakup penguatan keyakinan masyarakat terhadap negara. Setelah program ini berakhir, satu hal yang tersisa adalah semangat bahwa negara hadir bukan hanya melalui janji-janji, tetapi melalui tindakan nyata dan tulus.

"TMMD, Menciptakan Harapan Baru, Mengatasi Kemiskinan." Kalimat ini bukan hanya sekadar ucapan, tetapi merupakan semangat dari program yang menyentuh inti kehidupan pedesaan Indonesia. Di Kudus, TMMD tidak hanya membangun jalan raya tetapi juga menciptakan masa depan yang lebih cerah.

Makmurkan Desa Lereng Gunung Muria

Harapan baru sedang berkembang di kaki Pegunungan Muria. Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, yang selama ini terpencil karena medan curam dan kurangnya fasilitas, kini mulai berubah. Semua berkat program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-125 yang dilaksanakan Kodim 0722/Kudus bekerja sama dengan Pemerintah Daerah dan masyarakat.

Desa Kandang Mas yang berada di Kudus terkenal sebagai pusat kegiatan pertanian, khususnya dalam produksi tebu dan kencur. Selain itu, desa ini juga menghasilkan berbagai jenis tanaman umbi seperti ketela, kunir, dan jahe. Hasil pertanian tersebut menjadi sumber penghidupan utama bagi sebagian besar penduduk desa.

Desa Kandang Mas adalah salah satu wilayah penghasil tebu di Kabupaten Kudus. Selain itu, komoditas kencur menjadi unggulan petani di desa ini karena kondisi tanah yang kering namun lembut. Di Desa Kandangmas, terdapat pabrik gula tumbu yang masih dipertahankan, menggunakan tebu sebagai bahan dasar.

Petani di Desa Kandangmas sering mengalami kesulitan dalam mengangkut hasil panen, khususnya akibat kondisi jalan yang tidak memadai, terutama pada musim hujan. Namun, saat ini sedang dilakukan penguatan jalan guna mempermudah kegiatan ekonomi masyarakat tanpa terganggu oleh cuaca.

Selama sebulan penuh, sejak program ini diluncurkan, puluhan anggota TNI bersama masyarakat membangun jalan beton yang panjangnya lebih dari satu kilometer, merehab rumah yang tidak layak huni, serta menyelenggarakan berbagai kegiatan sosial. Semua tujuannya adalah untuk mengatasi kemiskinan dari akar, memberikan akses, dan membangun kepercayaan masyarakat terhadap negara.

"Dulunya, saat panen, kami membawa hasilnya turun dari bukit. Sekarang, jalan sudah dikeraskan, sepeda motor bisa sampai ke kebun. Ini benar-benar mengubah kehidupan kami," kata Sarno (52), seorang petani di Desa Kandangmas.

Program unggulan TMMD kali ini adalah pembangunan infrastruktur jalan. Akses jalan yang memadai memberikan kesempatan ekonomi, mengurangi biaya logistik, serta mempercepat penyebaran hasil pertanian. Dampaknya terasa langsung, khususnya bagi masyarakat yang bergantung pada hasil kebun.

Harapan Tak Sekadar Janji

TMMD ke-125 di Kudus tidak hanya fokus pada pembangunan infrastruktur. Satuan Tugas TMMD juga menyelenggarakan sosialisasi kesehatan, bahaya narkoba, serta pentingnya pendidikan. Siswa sekolah dasar juga mendapat tambahan pelajaran dari anggota TNI yang bertindak sebagai guru tamu.

"Pak tentara mengajarkan saya baris-berbaris dan menyanyikan lagu Indonesia Raya," ujar Dian (10), siswi Sekolah Dasar dengan mata berbinar. Pengalaman ini tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga memupuk semangat nasionalisme sejak dini.

TMMD adalah bentuk nyata dari keterpaduan TNI dan rakyat dalam membangun tanah air dari daerah paling pinggiran. TMMD tidak hanya berkaitan dengan pembangunan infrastruktur, tetapi juga mencakup pembentukan mental, semangat, serta rasa kerja sama.

Kolaborasi antara TNI, pemerintah daerah, aparat desa, mahasiswa, serta organisasi masyarakat menjadi faktor penting dalam keberhasilan TMMD. Semua pihak bekerja sama, demi satu tujuan yaitu kemajuan desa dan kesejahteraan masyarakat.

Setelah TMMD ke-125 selesai dan alat berat kembali ke markas, yang tersisa tidak hanya jalan beton dan bangunan baru. Yang lebih penting adalah rasa percaya diri masyarakat, semangat kerja sama, serta keyakinan bahwa negara hadir dan peduli.

TMMD bukan hanya sebuah program tahunan. Ia merupakan wujud nyata dari rasa cinta terhadap tanah air melalui kerja sama dengan masyarakat, demi kesejahteraan rakyat. TMMD ke-125 Kodim 0722/Kudus telah menunjukkan bahwa pembangunan tidak selalu harus menunggu dari pemerintah pusat. Dengan semangat kemanunggalan, desa yang terpencil pun mampu berkembang, kemiskinan bisa diatasi, dan harapan dapat diciptakan.

Tim Pengawasan dan Evaluasi (Wasev) TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) yang berasal dari Markas Besar Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (Mabesad) melakukan kunjungan untuk mengecek perkembangan pembangunan dalam program TMMD Reguler ke-125 Tahun 2025, di Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, pada hari Selasa (12/8/2025).

Sebelum tiba di lokasi TMMD Reguler Ke-125 di Desa Kandangmas, Tim Wasev yang dipimpin oleh Paban IV Komsos Sterad Mabesad, Kolonel Kav Zubaedi, menghadiri paparan perkembangan program tersebut di Pendapa Kabupaten Kudus. Tujuan dari Wasev ini adalah meliputi pembangunan sumur bor dan jembatan penghubung antara Dukuh Masin dengan Dukuh Sudo, Desa Kandangmas.

Sambil menjalankan tugas pengawasan, Paban IV Komsos Sterad Mabesad, Kolonel Kav Zubaedi, mengapresiasi kerja sama yang baik antara Kodim 0722/Kudus dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus.

"Kami menghargai peran Pemkab dan DPRD yang mendukung kegiatan positif yang dilakukan oleh anggota TNI Angkatan Darat," katanya.

Menurutnya, program TMMD Reguler Ke-125 di Desa Kandangmas, Kudus tahun ini akan berlangsung mulai 23 Juli hingga 21 Agustus 2025 mendatang. Saat ini, seluruh rangkaian kegiatan fisik dan non fisik masih berjalan dan memasuki tahap akhir.

"Semoga semua dapat selesai sesuai jadwal, dan dapat dimanfaatkan serta dijaga dengan baik pada masa mendatang," ujar Zaubaedi.

Bellinda Birton, Wakil Bupati Kudus, berharap kerja sama yang baik antara Pemda dan TNI terus berlangsung, serta hasil dari TMMD Reguler Ke-125 Kodim 0722/Kudus dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh warga Desa Kandangmas.

"Harapan kami, apa yang telah kita bangun dan kerja sama ini, hasilnya dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat," tambah Bellinda.

Pada kesempatan tersebut, Bellinda juga menyampaikan pesan kepada masyarakat, agar segala sesuatu yang telah dibangun oleh tim Satgas TMMD Reguler ke-125 dapat dijaga dan dipelihara dengan baik.

"Kami berharap masyarakat dapat menjaga dan merawat hasil pembangunan TMMD ini," ujarnya.

Program TMMD juga menyelenggarakan penyuluhan wawasan kebangsaan, pelatihan keterampilan, kesehatan serta edukasi mengenai pertanian modern. Dengan demikian, TNI tidak hanya meninggalkan bangunan fisik, tetapi juga memberikan ilmu yang berguna kepada masyarakat untuk mendukung kemandirian mereka.

Keberhasilan TMMD 125 di Kudus tidak terlepas dari dukungan pemerintah setempat serta partisipasi masyarakat dan kerja nyata anggota militer. Aktivitas TNI melalui TMMD selaras dengan visi pembangunan wilayah dalam memperkuat akses dan meningkatkan kesejahteraan penduduk desa.

Selain manfaat ekonomi dan sosial, TMMD juga menyajikan makna kebangsaan yang mendalam. Masyarakat merasakan kehadiran negara melalui prajurit TNI yang bekerja tanpa pamrih, bersinggungan dengan rakyat, bermalam di rumah penduduk, serta makan bersama mereka. Nilai inilah yang tertanam dalam hati warga desa.

Masyarakat Kudus menyimpan kenangan indah mengenai kebersamaan ini. Jalan, jembatan, serta rumah yang layak huni akan menjadi warisan nyata, namun lebih dari itu, semangat kerja sama dan rasa persaudaraan akan selalu melekat di hati mereka.

TMMD Reguler ke-125 di Kudus telah menunjukkan bahwa pembangunan tidak hanya sekadar mengatur struktur fisik desa, tetapi juga memberikan harapan baru. Dengan semangat persatuan, TNI dan masyarakat telah menciptakan kisah indah yaitu dari desa, untuk Indonesia.(Letnan Kolonel Infanteri Hermawan Setya Budi - Komandan Satgas TMMD 125 Kodim 0722/Kudus)

Kamis, 25 September 2025

Jateng Raih Predikat Terbaik dalam Penyediaan Perumahan,Tahun Ini Perbaiki 17.510 RTLH

Jateng Raih Predikat Terbaik dalam Penyediaan Perumahan,Tahun Ini Perbaiki 17.510 RTLH
Jateng Raih Predikat Terbaik dalam Penyediaan Perumahan,Tahun Ini Perbaiki 17.510 RTLH

D'moneyTalk, JAKARTA - Jawa Tengah dinobatkan sebagai provinsi terbaik dalam melaksanaan program penyediaan perumahan, khususnya soal perbaikan rumah tidak layak huni (RTLH).

Selain masalah RTLH, Jateng juga menjadi provinsi dengan alokasi anggaran perumahan dengan jumlah besar.

Penghargaan ini diserahkan langsung Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait kepada Gubernur Jateng Ahmad Luthfi dalam acara peringatan Hari Perumahan Nasional (Hapernas) di Wisma Mandiri II Jakarta Pusat, Senin (25/8/2025).

Data Kementerian PKP, tahun 2025 ini, Jateng mengalokasikan perbaikan 17.510 RTLH.

Jumlah ini jauh di atas Provinsi Aceh yang menempati peringkat kedua dengan 3.114 unit dan Jawa Timur di peringkat ketiga dengan 2.110 unit.

Tak hanya RTLH, Maruarar juga menilai, pertumbuhan rumah bersubsidi di Jateng juga besar. 

"Terima kasih atas kerja  kerasnya, Pak Gubernur," kata Ara, sapaan Maruarar Sirait.

Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi mengatakan, penghargaan dari Kementerian PKP menjadi motivasi Pemprov Jateng, bupati dan wali kota, dinas, dan stakeholder terkait untuk memberikan pelayanan terbaik terkait penyediaan perumahan.

"Jawa Tengah mendapatkan nomor satu karena (program) perbaikan rumah tidak layak huni mencapai sekitar 17 ribu. Ini akan membantu sekali masyarakat kita yang miskin ekstrem," kata Luthfi.

Menurutnya, secara umum, kondisi perumahan di Jawa Tengah, pada akhir tahun 2024, terdapat sisa backlog sebanyak 1.332.968 unit.

Terdiri atas backlog kelayakan sebanyak 1.022.113 unit dan backlog kepemilikan 310.855 unit.

Tahun 2025 ini, Pemprov Jateng mengalokasikan 17.510 unit rumah melalui APBD Provinsi. 

Alokasi tersebut terbagi atas 17.000 unit renovasi rumah tidak layak huni (RTLH) melalui Bantuan Keuangan kepada pemerintah desa dan 510 unit pembangunan rumah baru melalui bantuan sosial.

"Kita sudah anggarkan. Ini kita lakukan kerja-kerja kolaboratif, tidak hanya Dinas Perakim tetapi juga kita gandeng dinas-dinas lain seperti tenaga kerja, sosial, dan lainnya," ujarnya.

Ia mengatakan, upaya program pembangunan perumahan warga merupakan upaya pengentasan miskin ekstrem di wilayahnya. 

Kolaborasi dengan Berbagai Pihak

Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (Disperakim) Provinsi Jawa Tengah Boedyo Dharmawan menambahkan, penghargaan tersebut merupakan bukti komitmen Pemprov Jateng di bawah kepemimpinan Gubernur Ahmad Luthfi dan Wakil Gubernur Taj Yasin untuk mendukung program Presiden Prabowo Subianto yaitu 3 juta rumah.

"Ini  menjadi bukti komitmen Gubernur dan Wakil Gubernur untuk memberikan pelayanan dasar sektor perumahan," tuturnya.

Boedyo menuturkan, untuk memenuhi kebutuhan rumah layak huni dan mengurangi backlog perumahan, Pemprov Jateng tidak dapat berjalan sendiri. 

Perlu kolaborasi dengan pemerintah pusat, pemerintah kabupaten/kota, dan pemangku kepentingan lain melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan. 

Semua kerja kolaborasi itu sudah dipantau progresnya.

Pemprov Jateng berkomitmen terus mengalokasikan anggaran untuk backlog perumahan. 

Setiap tahun, anggarannya diharapkan mengalami peningkatan.

Pada 2025 ini, alokasi dari pemerintah provinsi sejumlah 17.510 unit, pemerintah kabupaten/kota sejumlah 6.776 unit, dan CSR perusahaan sejumlah 2.067.

"Kurang lebih, jumlah totalnya 26 ribuan, itu yang sudah diidentifikasi dan masih berkembang di lapangan karena banyak pemangku kepentingan yang memberikan perhatian terkait layanan dasar perumahan ini," tuturnya. (*)